Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia dan Institut Geografi dan Statistik Brasil (IBGE) telah resmi menjalin kerjasama dalam bidang statistik, penelitian, dan pendidikan.
Kemitraan ini bertujuan untuk memperkuat sistem statistik nasional kedua negara dan mendukung upaya pembangunan yang dipandu oleh data yang dapat diandalkan.
Kolaborasi ini diformalkan melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU), yang disaksikan oleh Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva di Jakarta pada hari Kamis.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan Jumat, Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan harapan bahwa kemitraan ini akan meningkatkan peran global BPS dan mendukung upaya Indonesia membangun sistem statistik yang terbuka, inovatif, dan berpusat pada masyarakat.
“Kerjasama ini tidak hanya memperdalam hubungan antara BPS dan IBGE, tetapi juga melambangkan komitmen kedua negara untuk membentuk masa depan yang berdasarkan data dan ilmu pengetahuan,” ujarnya.
Perjanjian ini mencakup berbagai inisiatif, termasuk pertukaran keahlian dalam metodologi statistik, program penelitian bersama dan double-degree untuk meningkatkan pendidikan statistik, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, serta adopsi teknologi mutakhir seperti big data, sistem informasi geospasial, dan kecerdasan buatan.
Widyasanti menekankan bahwa kemitraan ini merupakan langkah nyata menuju penerapan Rencana Aksi yang Direvitalisasi 2023–2026 di bawah Deklarasi Kemitraan Strategis antara Indonesia dan Brasil.
Di luar memperkuat hubungan bilateral, ia mencatat bahwa kolaborasi ini dapat mendorong inovasi dalam penyediaan data sosial, ekonomi, dan lingkungan—menjadikannya lebih cepat, akurat, dan relevan.
Ia juga menyoroti tantangan bersama yang dihadapi kedua negara dalam menghasilkan data yang andal, termasuk keragaman geografis yang luas dan populasi yang besar.
“Dengan berbagi pengalaman dan teknologi, kami berujuan untuk memastikan bahwa data yang kami hasilkan dapat mendukung pembangunan secara efektif—baik sekarang maupun di masa depan,” pungkas Widyasanti.
Translator: Uyu Septiyati, Raka Adji
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025