Kisah Pahlawan Agama Melawan Raja Kediri Kertajaya karena Mengklaim Sebagai Tuhan.

Sebuah candi peninggalan Kerajaan Kediri. Foto/Ist

Sikap arogan Raja Kertajaya dari Kediri dan tindakan kontroversialnya menimbulkan keberatan dari kaum brahmana. Meskipun demikian, sikap Kertajaya yang tak terkendali, bahkan mengklaim dirinya sebagai Tuhan dan menuntut agar disembah. Akibatnya, beberapa pendeta agama mengalami hukuman mati karena menolak klaim tersebut.

Kondisi keamanan yang semakin memburuk akibat ulah Raja Kertajaya membuat kaum brahmana dari Kediri memutuskan untuk pindah ke Tumapel. Carut marut di Kerajaan Kediri semakin meningkat dan keamanan di wilayah tersebut menjadi tidak stabil. Sebagian besar kaum brahmana meminta suaka politik ke Ken Arok dan menetap di Tumapel. Mereka meminta bantuan Ken Arok untuk mengembalikan kedamaian dan marwah agama, seperti yang tercatat dalam “Hitam Putih Ken Arok dari Kejayaan hingga Keruntuhan”.

Ken Arok, yang kemudian menjadi penguasa Tumapel dengan gelar abhiseka Rajasa Sang Amurwabhumi, menyambut kaum brahmana dengan senang hati. Ken Arok merasa memiliki hubungan yang kuat dengan kaum brahmana, terutama karena pernah berguru kepada dua brahmana Mahaguru Tantripala dan Lohgawe saat masih kecil.

Kaum brahmana dari Kediri dan Tumapel memberikan gelar Batara Guru dan titisan Dewa Syiwa kepada Ken Arok. Mereka melihat Ken Arok sebagai manifestasi Dewa Syiwa di dunia. Gelar ini diberikan sebagai dukungan moral kepada Ken Arok untuk mengembalikan marwah agama Hindu dan mengalahkan Raja Kertajaya.

Kaum brahmana turut melakukan provokasi kepada rakyat agar tidak patuh kepada pemimpin yang menistakan agama. Akibatnya, rakyat Kediri memberikan perlawanan kepada Raja Kertajaya atas dorongan kaum brahmana yang dianggap suci. Rakyat Kediri akhirnya mendukung kaum brahmana dan Ken Arok dalam upaya mengalahkan Raja Kertajaya, termasuk terlibat dalam pertempuran melawan pemimpin mereka sendiri.

MEMBACA  Prilly Latuconsina Menegaskan Tidak Akan Mengklarifikasi Rumor Tanpa Dasar