Jakarta (ANTARA) – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa kerja sama pengembangan energi terbarukan antara Indonesia dan Brasil menargetkan bahan bakar hayati berbasis etanol yang ramah lingkungan.
Kolaborasi ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU), yang disaksikan oleh Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva di Istana Merdeka, Jakarta, pada hari Kamis (23 Oktober).
“Kerja sama ini, antara lain, mendorong pengembangan energi baru dan terbarukan, khususnya di sektor bensin,” kata Lahadalia pada Jumat.
Dia menjelaskan bahwa Brasil telah menerapkan campuran etanol dalam bensin hingga E30 secara nasional. Beberapa negara bagian di Brasil bahkan sudah mencapai E100, atau etanol murni tanpa campuran bensin sama sekali.
Menteri menyatakan bahwa Indonesia berkomitmen untuk menempuh jalur ini, dengan menargetkan penerapan campuran etanol E10 pada tahun 2027–2028, sebelum nantinya berpindah ke fase E20.
Menurut Bahlil, inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan energi yang lebih bersih tetapi juga untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil impor.
Keberhasilan Indonesia dalam program biodiesel berbasis minyak sawit, dari B10 ke B40, telah menginspirasi penerapan program serupa di sektor bensin melalui etanol, lanjutnya.
“Kalau biodiesel menggunakan CPO, maka untuk bensin menggunakan etanol, dimana etanol ini bersumber dari jagung, singkong, dan kemudian tebu,” jelasnya.
Lahadalia mengatakan bahwa pengembangan etanol juga akan menjadi strategi untuk meningkatkan pendapatan petani sekaligus medorong hilirisasi di sektor perkebunan.
Program ini diharapkan dapat menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di berbagai daerah penghasil bahan baku, tambahnya.
“Ini pasti akan berlangsung di daerah-daerah, tidak hanya di Jakarta. Dengan begitu, kita bisa memotong impor dan menaikkan pendapatan masyarakat. Selain itu, kita bisa mengurangi polusi dengan menggunakan bahan bakar yang lebih berkualitas,” tandasnya.
Menteri Lahadalia menandatangani MoU tentang kerja sama energi dan pertambangan dengan perwakilan dari Kementerian Tambang dan Energi Brasil, di sela-sela kunjungan kerja Presiden Lula ke Indonesia dari tanggal 22 hingga 24 Oktober sebagai bagian dari tur Asia Tenggaranya.