Kerjasama media dipandang sebagai kunci untuk memperkuat hubungan Indonesia-China

Kerja sama bilateral antara Indonesia dan China terus berkembang karena peluang baru untuk memajukan hubungan aktif dijelajahi oleh kedua negara. Kerja sama di sektor perdagangan dan investasi serta pertukaran sosial dan budaya menjadi semakin menjanjikan, memberi manfaat bagi kedua negara dalam upaya pengembangan nasional mereka.

Salah satu sektor utama yang akan memperkuat hubungan Indonesia-China adalah media massa, pemain kunci dalam penyebaran informasi dan pendidikan publik, di mana orang dari kedua negara dapat belajar dari satu sama lain.

Sebagai hasilnya, media dari kedua negara berkumpul untuk Forum Media China-Indonesia kedua pada awal September, mengikuti kesuksesan edisi perdana pada November tahun lalu di Jakarta. Tema forum saat ini berfokus pada peluang, tanggung jawab, dan tantangan yang dihadapi media dalam era saat ini.

Forum yang diadakan di Beijing, ibu kota China, dihadiri oleh sembilan editor-in-chief dari media Indonesia, termasuk ANTARA News Agency, Kompas Daily, Kumparan, Republika, RCTI, Net TV, Merdeka.com, Katadata, dan The Jakarta Post. Sementara itu, People’s Daily, Xinhuanet, dan China Media Group (CMG) mewakili media China di forum tersebut.

Menguatkan pemahaman saling

Menurut Tong Xiaoling, Wakil Presiden Asosiasi Diplomasi Publik China, forum seperti itu penting untuk kepentingan kedua negara, memperkuat kerja sama bilateral dan membina pemahaman tentang tujuan bersama untuk pengembangan nasional.

“Sebagai kekuatan utama Global Selatan, persatuan dan kerja sama antara China dan Indonesia meningkatkan pembangunan global, perdamaian dan stabilitas dunia, dan merupakan penggerak penting dalam mewujudkan multipolaritas dunia,” jelasnya.

Dia juga menyatakan keyakinannya bahwa kerja sama antara media massa dari kedua negara akan meningkatkan kerjasama Indonesia-China ke level yang lebih tinggi.

MEMBACA  Gempa Magnitudo 4,7 Mengguncang Tapanuli Tengah, Menurut BMKG: Dipicu Oleh Subduksi Lempeng

Sementara itu, Direktur Berita ANTARA News Agency, Irfan Junaidi, menyatakan bahwa kerja sama media Indonesia-China akan memperkuat pemahaman saling antara masyarakat kedua negara, terutama dalam mengklarifikasi miskonsepsi tentang China kepada masyarakat Indonesia.

“Kita harus mengakui bahwa bahkan sekarang, tidak semua orang Indonesia memiliki pandangan positif tentang China,” katanya.

Dia mengungkapkan bahwa liputan ANTARA tentang China sebagian besar fokus pada pengembangan sosial dan budaya, serta kebijakan luar negeri dan tindakan internasional negara tersebut.

ANTARA juga telah terlibat dalam kerja sama jangka panjang dengan Xinhua News Agency China untuk pertukaran berita dan penyebaran laporan tentang negara masing-masing, katanya.

Direktur berita tersebut juga menjelaskan bahwa laporan tentang perkembangan teknologi di China termasuk yang paling populer di antara pembaca Indonesia, terutama mereka yang mengikuti ANTARA. Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan yang dicapai oleh inovator China sangat menarik bagi masyarakat Indonesia.

Namun, Editor-in-Chief Kompas Daily, Sutta Dharmasaputra, menunjukkan bahwa meskipun China menjadi sumber investasi asing utama di Indonesia, penerimaan publik terhadap investasi China tidak sepenuhnya positif.

Dia mengutip survei terbaru yang dilakukan oleh lembaga riset Kompas, yang menunjukkan bahwa hanya 46,4 persen orang Indonesia “setuju” dengan investasi China di Indonesia, sementara 53,6 persen tidak.

Ini berbeda dengan data dari Kementerian Investasi, yang menunjukkan bahwa investasi China di Indonesia pada 2023 tercatat sebesar US$7,4 miliar—yang kedua terbesar setelah Singapura dengan US$15,4 miliar pada tahun yang sama.

Dibandingkan dengan itu, penerimaan orang Indonesia terhadap investasi dari negara-negara Timur Tengah, seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, mencapai 69,3 persen, meskipun investasi mereka tidak masuk dalam lima besar pada 2023.

MEMBACA  Para Pengaruh yang Dibayar untuk Mempromosikan Barang Tiruan Desainer dari China

Merujuk pada isu ini, Dharmasaputra menyarankan strategi komunikasi publik yang lebih baik dan kerja sama yang lebih kuat antara media Indonesia dan China untuk meningkatkan persepsi masyarakat Indonesia terhadap China.

Majukan kerja sama

Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk China dan Mongolia, Djauhari Oratmangun, menyatakan optimisme bahwa kerja sama antara media Indonesia dan China akan berdampak positif dan membantu memperkuat hubungan bilateral.

“Memahami budaya dan cara berpikir satu sama lain akan membantu memperkuat ‘pilar ketiga’ kerja sama bilateral, yaitu hubungan sosial, budaya, dan antarmanusia,” kata Djauhari.

Dia menegaskan bahwa memperkuat dasar dari “pilar ketiga” akan memperkuat “pilar pertama,” kerja sama politik dan keamanan, dan “pilar kedua,” kerja sama ekonomi.

Meskipun memiliki ekosistem yang benar-benar berbeda, forum media antara Indonesia dan China memberikan kesempatan berharga untuk mendiskusikan dan mencari solusi atas isu-isu umum yang dihadapi oleh media kedua negara, katanya.

Duta besar menyoroti bahwa media China telah membuktikan ketangguhannya di tengah gangguan digital yang sedang berlangsung yang mengancam media konvensional.

Oleh karena itu, Djauhari mendorong media Indonesia dan China untuk meningkatkan kolaborasi dalam produksi berita dan konten jurnalistik, termasuk dengan saling mengundang jurnalis untuk menyebarkan aspek positif tentang negara masing-masing.

Dia juga menekankan bahwa hubungan yang baik antara kedua negara akan memudahkan proses pengambilan keputusan bagi para pemangku kepentingan nasional untuk memajukan kerja sama bilateral dalam urusan politik, keamanan, ekonomi, dan pembangunan.

Media massa telah mempertemukan kedua negara dengan menyebarkan laporan positif tentang negara masing-masing, memupuk pemahaman saling.

Media Indonesia dan China harus terus bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama di panggung bilateral, regional, dan global.

MEMBACA  Debut Maouri Ananda Simon di Liga 1, Ini Impian Besarnya