Jakarta (ANTARA) – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa Rumah Sakit Pusat Pertahanan Nasional (RSPPN) Soedirman akan ditetapkan sebagai teaching hospital untuk memperluas pendidikan di tujuh spesialisasi medis kunci dan memenuhi kebutuhan layanan kesehatan nasional.
"Presiden Prabowo telah menginstruksikan bahwa upaya untuk menambah jumlah dokter spesialis harus dipercepat, untuk melengkapi peralatan medis yang sudah lebih merata di rumah sakit-rumah sakit di Indonesia," kata Sadikin di sini, pada hari Selasa.
Tujuh spesialisasi medis esensial tersebut mencakup ilmu kesehatan anak, penyakit dalam, obstetri dan ginekologi, bedah, anestesiologi, radiologi, dan patologi klinik.
Menteri menekankan perlunya mendesak untuk memperluas pendidikan berbasis rumah sakit, dengan mencatat bahwa pada laju pelatihan spesialis saat ini di Indonesia, permintaan nasional tidak dapat terpenuhi bahkan dalam 20 tahun ke depan.
Dengan menambah jumlah teaching hospital, Sadikin berharap lebih banyak spesialis akan terdistribusi secara merata di 514 kota dan kabupaten, membantu mengurangi kesenjangan regional dalam layanan kesehatan.
Untuk mencapai tujuan ini, dia dan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin sepakat untuk menetapkan rumah sakit tersebut sebagai pusat pelatihan bagi dokter TNI, memungkinkan mereka mendapatkan kualifikasi yang diakui internasional dan bertugas di seluruh penjuru tanah air.
Pada fase awalnya, pelatihan spesialis di RSPPN Soedirman akan fokus pada tujuh bidang esensial untuk rumah sakit milik TNI, tambahnya.
"Saya juga ingin meminta izin, jika Bapak Menteri Pertahanan mengijinkan, untuk mengikutsertakan dokter non-TNI (dalam program pelatihan spesialis di RSPPN Soedirman)," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan bahwa RSPPN Soedirman adalah rumah sakit kelas A yang dilengkapi fasilitas lengkap, termasuk gedung 28 lantai, 1.000 tempat tidur, dan sekitar 100 unit perawatan intensif (ICU).
Sjamsoeddin mencatat bahwa pusat medis berkualitas tinggi seperti ini juga harus didukung oleh spesialis yang berkualitas sama tingginya sebagai bagian dari sumber daya manusianya.
Kementerian Kesehatan meluncurkan pendidikan spesialis berbasis rumah sakit pada 8 September 2025. Program saat ini melibatkan 58 dokter dari berbagai daerah yang sudah lama mengalami kekurangan dokter spesialis.
Pelatihan spesialis ini dilakukan di beberapa rumah sakit milik kementerian, termasuk Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON), Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Rumah Sakit Kanker Dharmais, dan Rumah Sakit Mata Cicendo.
Setelah menyelesaikan pendidikan spesialisnya, para dokter tersebut akan kembali ke daerah masing-masing untuk melayani masyarakat dan memperkuat layanan kesehatan setempat.
Berita terkait: 40 juta orang Indonesia ikut skrining kesehatan nasional gratis: Menteri
Berita terkait: Maluku lakukan operasi bypass jantung pertama, sebuah pencapaian untuk Indonesia Timur
Editor: M Razi Rahman
Hak Cipta © ANTARA 2025