Semarang, Jawa Tengah (ANTARA) – Kementerian Pengendalian Penduduk dan Pembangunan Keluarga (BKKBN) sedang memvariasikan menu Dapur Sehat untuk Atasi Stunting (Dashat) di Desa Keluarga Berkualitas (KB) untuk mencegah malnutrisi dan kebosanan makanan pada anak-anak.
“Kami mengambil pendekatan yang lebih sensitif daripada spesifik, jadi kami juga mengedukasi masyarakat,” kata Wakil Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Bonivasius Prasetya Ichtiarto.
Meskipun Dashat belum tersedia di semua desa dan kelurahan, kementerian telah menginstruksikan semua tim pendamping keluarga (TPK) untuk memvariasikan menu, dan kebanyakan anak-anak menyukai menunya, ujarnya.
Saat ini ada 72 ribu Desa KB di seluruh Indonesia, dan hampir 48 ribu di antaranya telah membentuk kelompok kerja Dashat, katanya saat berkunjung ke Desa KB Kolaka di Kelurahan Jatirejo, Kota Semarang, Jumat malam.
Ke depannya, semua Desa KB akan memiliki Dashat dengan bantuan Dana Alokasi Fisik (DAK).
“Dukungan dari BKKBN belum mencakup semua daerah. Jika berhasil, program ini akan diperluas ke semua kelurahan. Kami juga perlu memastikan makanan untuk anak-anak tidak dibagi dengan anggota keluarga lain,” jelasnya.
Menu untuk balita berisiko stunting difokuskan pada makanan kaya protein. Berdasarkan pengamatan, menu makan malam balita di Desa KB Kolaka berupa nasi putih dengan ikan kuah kuning. Balita-balita terlihat menikmati makanannya.
Untuk mendukung pertumbuhan balita, makanan berprotein tinggi disediakan setiap hari, seperti sup ayam, sop ikan, dan makanan berlemak lainnya.
Masyarakat di Desa KB Kolaka juga dilatih menggunakan rempah sebagai pengganti MSG dan ekstrak bahan dari lauk, seperti kepala udang, ayam, dan daging.
Dwi Sayekti Kadarini, kepala Pusat Data Penduduk Kelurahan Jatirejo, mengatakan anak stunting di Desa KB Kolaka diberi telur lokal yang dihasilkan ayam Balitbang Unggul Desa (KUB), keturunan ayam asal Jawa Barat.
“Tim PKK di kelurahan menyiapkan menu dari ayam KUB, yang diberikan ke balita berisiko stunting sebulan sekali. Kami juga mengedukasi masyarakat tentang budidaya lele di galon bekas,” tambah Kadarini.
Translator: Lintang Budiyanti Prameswari, Martha Herlinawati S
Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2025