Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu) menyatakan dukungannya terhadap perkemahan mahasiswa di kampus-kampus di negara ini sebagai bagian dari cara mahasiswa universitas untuk menyuarakan dukungan mereka terhadap perjuangan Palestina yang belum selesai untuk kemerdekaan.
Direktur Hak Asasi Manusia dan Urusan Kemanusiaan di Kementerian tersebut, Indah Nurvia Savitri, menyatakan bahwa, pada saat ini, perkemahan mahasiswa atau aksi damai untuk menyuarakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina hanyalah permulaan.
“Setidaknya, kita tidak diam,” katanya dalam sebuah acara talk show di sini, Jumat, sambil menambahkan bahwa mahasiswa di beberapa universitas ternama di Amerika Serikat belakangan ini telah mempopulerkan perkemahan mahasiswa untuk Palestina.
Savitri lebih lanjut mengatakan bahwa mereka menyadari bahwa menggelar aksi untuk menyuarakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina tidak cukup bagi Palestina untuk mencapai tujuan utama dari perjuangan mereka yang belum selesai.
Namun, aksi-aksi tersebut, termasuk gerakan perkemahan mahasiswa, bisa membantu kampanye kesadaran publik tentang konflik Palestina-Israel.
Aksi-aksi tersebut bahkan bisa mendorong boikot konsumen terhadap perusahaan-perusahaan tertentu atas dukungan mereka yang dianggap terhadap genosida terhadap rakyat Palestina. Israel telah melakukan pembantaian di Jalur Gaza dan bagian-bagian lain dari wilayah yang terkolonial Palestina.
Savitri menyatakan bahwa mahasiswa universitas juga bisa menggunakan platform media sosial untuk menyuarakan dukungan mereka terhadap Palestina, seperti yang ditunjukkan oleh kampanye “All Ayes on Rafah” dan “All Eyes on Gaza” yang baru-baru ini viral secara global.
Dengan demikian, Savitri mencatat bahwa mahasiswa di Indonesia memiliki berbagai pilihan untuk menyuarakan dukungan mereka terhadap perjuangan Palestina untuk kemerdekaan, termasuk melakukan kampanye atau menulis tentang Palestina.
“Semua ini mungkin tidak akan langsung berdampak sehingga perang akan berakhir tiba-tiba besok. Tidak akan ada lagi veto AS, dan AS berani menghentikan Israel. Di atas semua itu, setidaknya, Anda telah melakukan sesuatu,” tegasnya.
Mengenai masalah Palestina, seperti yang telah dilaporkan sebelumnya, bagi Indonesia, jelas bahwa Palestina selalu memiliki posisi istimewa dalam kebijakan luar negeri negara ini.
Meskipun terjadi pergantian rezim di negara ini, pemerintah Indonesia dan rakyatnya tetap kokoh dalam dukungan mereka terhadap perjuangan yang belum selesai rakyat Palestina untuk kemerdekaan mereka.
Sikap politik Jakarta terhadap masalah Palestina juga tetap tidak berubah sejak masa Presiden Soekarno.
Pada tahun 1962, bapak pendiri Indonesia ini membuat pernyataan yang menjadi pedoman dalam kebijakan luar negeri Indonesia mengenai masalah Palestina.
“Selama kebebasan Palestina belum dikembalikan kepada rakyat Palestina, maka akan selamanya untuk Indonesia berdiri membela terhadap pendudukan oleh Israel,” kata Presiden Soekarno.
Berita terkait: Indonesia mengutuk pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh
Berita terkait: RI memuji penandatanganan Deklarasi Beijing oleh faksi Palestina
Penerjemah: Rahmad Nasution
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Hak cipta © ANTARA 2024