Jakarta (ANTARA) – Kementerian Kehutanan (Kemenhut) akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk merehabilitasi lahan kritis di daerah aliran sungai (DAS) dan mengevaluasi pengelolaan hutan di wilayah terdampak banjir di Sumatra.
Wakil Menteri Kehutanan Rohmat Marzuki dalam konferensi pers pada Jumat menyatakan, banjir di tiga provinsi di Sumatra terjadi di beberapa DAS, yaitu Krueng Geukuh, Krueng Pasee, dan Krueng Keureto.
Kondisi serupa juga terjadi di Sumatra Utara, termasuk DAS Kolang, Sibuluan, Aek Pandan, Badiri, dan Garoga. Serta di Sumatra Barat, yaitu DAS Anai, Antokan, Banda Gadang, Masang Kanan, Masang Kiri, dan Ulakan Tapis.
“Kami terus meningkatkan upaya mitigasi dan mengevaluasi pengelolaan hutan, meskipun sebagian besar berada di bawah kewenangan pemerintah daerah,” ujar Marzuki.
“Namun, kami akan melakukan evaluasi dan mendorong pengelolaan hutan untuk meminimalkan risiko banjir dan tanah longsor,” lanjut dia.
Pihaknya terus memperkuat langkah-langkah pengelolaan DAS secara komprehensif menanggapi meningkatnya kejadian banjir di berbagai daerah.
Upaya yang dilakukan meliputi mengidentifikasi titik rawan di hulu DAS, mempercepat rehabilitasi hutan dan lahan di daerah kritis, serta melaksanakan revegetasi di sepanjang tepi sungai dan lereng curam untuk meningkatkan stabilitas lahan.
Pemerintah juga memperketat pengawasan terhadap perubahan penggunaan lahan agar pemanfaatan lahan tetap sesuai dengan peran ekologisnya.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, banjir dan tanah longsor di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat menyebabkan banyak korban jiwa.
Hingga Jumat sore, enam orang meninggal dan sebelas lainnya hilang di Aceh. Di Kabupaten Bener Meriah, dilaporkan lima korban meninggal dan sembilan orang hilang, sementara longsor di Kabupaten Gayo Lues menewaskan satu orang dan dua lainnya hilang.
Menurut data BNPB, 55 orang dilaporkan meninggal dan 45 hilang di Sumatra Utara. Korban jiwa dilaporkan di Kabupaten Tapanuli Tengah dengan 34 meninggal dan 33 hilang; Kabupaten Tapanuli Selatan dengan 13 meninggal dan tiga hilang; Kabupaten Tapanuli Utara dengan tiga meninggal dan lima hilang; satu korban di Tapanuli; serta empat meninggal dan empat hilang di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Sementara itu, di Sumatra Barat, dilaporkan sembilan korban meninggal, dengan rincian empat orang di Kota Padang dan lima orang di Kabupaten Padang Pariaman.