loading…
Juru Bicara Nasional Partai Perindo Yerry Tawalujan mengungkapkan pandangannya mengenai impor beras dalam sembilan bulan terakhir di Indonesia. Menurutnya, fenomena El Nino yang menyebabkan kekeringan panjang menjadi salah satu faktor utama penurunan produksi beras nasional.
“Padahal, Indonesia membutuhkan sekitar 2,5 juta ton beras setiap bulannya. Artinya, dalam setahun kebutuhan nasional mencapai 30 juta ton. Idealnya, kebutuhan ini dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Namun, dengan adanya kekeringan panjang, tentu rakyat harus memakluminya,” ungkap Yerry saat dihubungi pada Kamis (4/1/2023).
Yerry berharap agar Kementerian Pertanian (Kementan) dan Badan Urusan Logistik (Bulog) dapat bekerja sama dengan lebih keras agar impor beras dari luar negeri dapat dikurangi di tahun 2024 ini.
“Kita harus mencari solusi agar kualitas tanaman beras meningkat dan hasil panen dari satu hektare lahan sawah dapat ditingkatkan. Dengan begitu, hasil panen dalam setahun dapat meningkat dari dua kali menjadi tiga kali,” tambah Yerry.
Yerry juga menyarankan agar masyarakat Indonesia mulai melakukan diversifikasi pangan sehingga tidak terlalu bergantung pada beras. Misalnya, masyarakat Indonesia Timur yang terbiasa mengkonsumsi ubi-ubian sebagai makanan sehari-hari.
“Dengan diversifikasi pangan, seperti mengonsumsi ubi manis dan singkong sebagai sarapan serta ikan sebagai lauk, kita bisa mengurangi ketergantungan pada beras,” ujar Yerry.
Terakhir, Yerry mengajak pemerintah untuk fokus meningkatkan kualitas produksi beras nasional agar tidak terus mengandalkan impor beras dari luar negeri.
“Kami berharap pemerintah dapat mengurangi ketergantungan impor beras dan tahun 2024, Indonesia dapat mengurangi impor beras dari luar negeri serta meningkatkan kualitas beras lokal,” pungkasnya.
(maf)