Jakarta (ANTARA) – Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan bahwa swasembada dalam produksi beras, gula, garam, dan jagung dapat membantu Indonesia menghemat hingga US$5,2 miliar dalam devisa.
“Jika swasembada untuk empat komoditas ini tercapai, kita dapat menghemat sekitar US$5,2 miliar dalam devisa. Tabungan ini dapat digunakan untuk tujuan lain, misalnya, untuk memberikan pupuk untuk kebutuhan pertanian dan perikanan,” katanya dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Selasa.
Dia menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir, Indonesia mengimpor volume besar beras, gula, garam, dan jagung. Namun, selama periode tersebut, tren impor gula dan garam mengalami penurunan.
Selama pertemuan koordinasi tentang pangan di Surabaya, Jawa Timur, pada hari Selasa, dia juga menyoroti sejumlah produk yang dapat menunjukkan kesuksesan swasembada, dengan surplus diarahkan untuk diekspor. Misalnya, minyak kelapa sawit mentah (CPO), yang pangsa pasar ekspornya nasional mencapai 11,2 persen.
Terkait berita: Indonesia bertujuan mencapai swasembada garam pada tahun 2027
Di Jawa Timur, CPO adalah komoditas pangan ekspor teratas, diikuti oleh ikan dan produk ikan olahan, gula, susu, bawang merah, kedelai, jagung, dan ayam.
“Untuk Jawa Timur, juga telah terjadi surplus CPO dan ikan olahan. Ini berarti sudah banyak contoh komoditas yang sudah swasembada dalam pangan. Jadi, jika komoditas lain juga akan swasembada, saya pikir kita bisa melakukannya,” kata Santoso.
Selain itu, untuk mendukung penyimpanan kebutuhan pokok, Kementerian Perdagangan telah menyiapkan gudang di bawah program Sistem Resi Gudang (SRG) untuk menyimpan komoditas pertanian.
Saat ini, ada enam gudang SRG aktif, 17 flat, dan satu silo SRG yang tidak digunakan di Jawa Timur. Kapasitas total gudang SRG yang tidak digunakan di wilayah Jawa Timur adalah 25.900 ton.
Berita terkait: Stimulus Presiden lancar distribusi pupuk subsidi pada tahun 2025
Berita terkait: Memberdayakan petani, modernisasi pertanian demi ketahanan pangan
Translator: Maria Cicilia Galuh Prayudhia, Yashinta Difa
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2025