Kekuatan Bukan Pembenaran untuk Bertindak Semena-mena

Rabu, 24 September 2025 – 03:42 WIB

New York, VIVA – Presiden RI Prabowo Subianto menyerukan kepada dunia untuk menolak doktrin legendaris dari Thucydides, yaitu “yang kuat melakukan apa yang mereka bisa, yang lemah menderita apa yang harus mereka jalani” dalam pidatonya di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80 di New York, Amerika Serikat.

Ia menegaskan, PBB didirikan justru untuk menolak logika kekuasaan yang menindas pihak lemah dan memastikan keadilan bagi semua bangsa.

“Kita harus menolak doktrin ini. PBB ada untuk menolak doktrin ini. Kita harus berdiri untuk semua, baik yang kuat maupun yang lemah. Right cannot be right. Right must be right,” tegas Prabowo.

Dalam kesempatan itu, Prabowo juga mengingatkan bahwa meski berbeda ras, agama, dan kebangsaan, seluruh umat manusia berkumpul di ruang sidang itu sebagai satu keluarga besar.

“Kita hadir di sini sebagai sesama manusia — masing-masing diciptakan setara, dianugerahi hak yang tak dapat dicabut atas kehidupan, kebebasan, dan upaya meraih kebahagiaan,” ujarnya.

Ia menceritakan perjalanan panjang bangsa Indonesia keluar dari kolonialisme, kemiskinan, dan apartheid, serta peran penting PBB dalam membantu Indonesia.

“Negara saya tahu betul rasa sakit ini. Selama berabad-abad, rakyat Indonesia hidup di bawah penjajahan, dan perbudakan. Kami diperlakukan lebih rendah dari anjing di Tanah Air kami sendiri,” ujarnya.

Prabowo menegaskan komitmen Indonesia terhadap multilateralisme dan perdamaian dunia. Ia menyebut Indonesia siap meningkatkan perannya.

“Jika Dewan Keamanan dan Majelis Umum memutuskan, Indonesia siap mengerahkan 20.000 bahkan lebih pasukan untuk mengamankan perdamaian di Gaza, di Ukraina, di Sudan — di mana pun perdamaian perlu ditegakkan,” tegasnya.

MEMBACA  Trump Akan Tandatangani Perintah Eksekutif untuk Izinkan Crypto dan Aset Pribadi Lainnya Masuk ke 401(k)