Kecerdasan Buatan Memberikan Keunggulan RI atas Thailand, Malaysia dalam Peringkat Pariwisata: Uno

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan pada hari Selasa bahwa teknologi kecerdasan buatan (AI) telah membantu Indonesia mencapai peringkat ke-22 dalam indeks pariwisata, di depan Thailand dan Malaysia.

Menurut Indeks Pengembangan Perjalanan dan Pariwisata (TTDI) 2024 yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF), Malaysia menempati peringkat ke-35 secara global dan Thailand ke-47 dalam indeks tersebut. Sementara itu, Singapura menempati peringkat ke-13 secara global, menjadikannya negara dengan peringkat tertinggi dalam Indeks Pengembangan Perjalanan dan Pariwisata di kawasan ASEAN.

“AI membantu dalam membaca tren pariwisata yang dipersonalisasi, disesuaikan, terlokalisasi, dan berukuran lebih kecil,” ungkap Uno. Dia mengatakan bahwa “dipersonalisasi” mengacu pada pariwisata yang bersifat pribadi atau terbatas hanya untuk keluarga, sementara “disesuaikan” berarti pemilik bisnis pariwisata menyiapkan paket berdasarkan kebutuhan wisatawan, seperti preferensi untuk alam terbuka atau pantai, atau merancang pengalaman budaya lokal di desa wisata.

“Terlokalisasi” berarti pengalaman pariwisata disiapkan untuk masyarakat domestik dalam jarak pendek dari rumah, lanjutnya. Terakhir, “berukuran lebih kecil” berarti objek wisata hanya menerima sedikit orang untuk menjamin kenyamanan mereka dan menawarkan area yang luas untuk dieksplorasi.

Dengan membaca tren ini, AI menilai bahwa kualitas wisatawan lebih penting daripada kuantitas, kata Uno. Menurutnya, kualitas wisatawan di Indonesia tercermin dari lamanya tinggal mereka di suatu destinasi dan seberapa banyak yang mereka belanjakan.

Menteri tersebut menginformasikan bahwa kemampuan analitisnya memungkinkan AI mendukung penciptaan penawaran pariwisata yang lebih berkualitas dan berkelanjutan. “Jumlah wisatawan kita mungkin tidak sebanding dengan Thailand, Malaysia, dan Vietnam, tetapi peringkat kita lebih tinggi dari mereka,” katanya.

MEMBACA  Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengatakan Israel Menggunakan Makanan, Kelaparan sebagai Senjata