Jakarta (ANTARA) – Kebijakan luar negeri bebas aktif Indonesia tidak sama dengan bersikap netral, kata Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno pada Sabtu.
“Netralitas adalah kondisi hukum dalam hukum internasional terkait hubungan antarnegara, terutama saat perang,” jelas Oegroseno di sini pada Sabtu (19 Juli).
Dia menerangkan bahwa netralitas harus dinyatakan secara khusus, contohnya sikap Swiss selama Perang Dunia II.
“Waktu itu, Swiss menyatakan netralitasnya, artinya tidak memihak dalam perang yang terjadi,” ujarnya.
Menurutnya, kebijakan bebas aktif Indonesia berarti mandiri dan aktif.
Kemandirian merujuk pada kemampuan menentukan kebijakan nasional tanpa tekanan luar. Sementara, keaktifan berarti berkontribusi dalam perkembangan global, mewujudkan perdamaian, dan mengambil inisiatif kebijakan luar negeri yang sesuai kepentingan dalam negeri.
Dia membandingkan ini dengan negara-negara anggota NATO yang, menurutnya, kurang mandiri dalam kebijakan luar negeri dan pertahanan karena tergantung pada aliansi.
“Ini yang membedakan kita dari banyak negara lain yang terikat pakta militer,” tambahnya.
Oegroseno juga menyatakan dinamika global saat ini menuntut negara-negara menghadapi kondisi kompleks, termasuk kekuatan besar, teroris, judi online, dan perubahan iklim, yang semua mengancam negara, termasuk Indonesia.
Dalam konteks ini, kunjungan internasional terakhir Presiden Prabowo Subianto merupakan upaya memperkuat kemitraan, dengan fokus di Asia Tenggara, untuk mengatasi ancaman tersebut.
Dia menyoroti kunjungan Prabowo ke Timur Tengah dan negara berkembang di Amerika Latin sebagai bukti kedekatan Indonesia dengan Global South.
“Kunjungan ini juga menunjukkan Indonesia tetap berteman dengan semua, teman yang menjalin hubungan berorientasi solusi,” katanya.
Berita terkait: Indonesia pertahankan sikap bebas aktif di tengah ketegangan: Menteri
Berita terkait: Diplomasi Prabowo tingkatkan citra global Indonesia: MPR
Berita terkait: KTT G7 wadah tunjukkan kekuatan Indonesia: Anggota DPR
Penerjemah: Cindy, Kenzu
Editor: Azis Kurmala
Hak Cipta © ANTARA 2025