Loading…
RSF mengungkapkan bahwa kondisi jurnalisme bebas di China semakin memburuk, dengan banyak aktivis yang ditangkap. Foto/REUTERS
Pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Tibet dan Xinjiang telah menjadi sorotan utama dalam beberapa tahun terakhir, dengan para aktivis terus memprotes tindakan China di wilayah tersebut. Sebuah laporan terbaru telah menyoroti kebrutalan dan kesulitan yang dihadapi oleh para jurnalis, penulis, dan komentator di China. Publikasi terbaru Indeks Kebebasan Pers Dunia 2024 oleh Reporters Without Borders (RSF) menunjukkan bahwa kondisi jurnalisme bebas di China semakin memburuk, dengan tindakan keras dari pihak berwenang untuk melawan kebebasan berpendapat. China menempati peringkat 172 dalam daftar tersebut, sedikit di atas Korea Utara dan Afghanistan. Menurut laporan The Epoch Times, peringkat China telah meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tetapi hal ini disebabkan oleh situasi yang memburuk di negara dan wilayah lain, bukan karena perbaikan di China.
Kebebasan Pers dan Berekspresi
Hong Kong, yang dikuasai oleh rezim China, menempati peringkat 135 dalam daftar tersebut, jauh di atas Beijing. RSF mencatat bahwa Hong Kong telah mengalami kemunduran signifikan sejak tahun 2020, ketika Beijing mengadopsi Undang-Undang Keamanan Nasional yang bertujuan untuk membungkam suara-suar independen.