Jakarta (ANTARA) – Pesan bijak berusia ratusan tahun dari seorang penyair Timur Tengah, "Bagaimana sebuah bangunan bisa berdiri kokoh jika satu tangan membangun sementara yang lain merusak?" sangat relevan dengan upaya Indonesia saat ini untuk memperkuat pondok pesantren.
Ini mencerminkan semangat gotong royong yang mendefinisikan bangsa Indonesia. Kekuatan sejati, menurut pepatah itu, datang bukan dari kerja yang terpecah, tapi dari tujuan bersama.
Hari ini, semangat itu terwujud dalam inisiatif baru pemerintah untuk memastikan pesantren menjadi tempat belajar yang aman, nyaman, dan bermartabat bagi jutaan santri di seluruh Indonesia.
Tanggung Jawab Bersama
Menyusul serangkaian kegagalan struktur di gedung-gedung pesantren, pemerintah mulai menjalankan program baru untuk menjamin bahwa setiap ruang kelas berdiri di atas fondasi keselamatan dan tanggung jawab bersama.
Tiga kementerian—Pekerjaan Umum dan Perumahan, Dalam Negeri, Agama—serta Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan telah menandatangani kesepakatan bersama untuk menyelaraskan pembangunan infrastruktur pesantren secara nasional.
Kolaborasi ini mengakui bahwa sebagian besar pesantren dibangun melalui swadaya masyarakat, dan banyak yang menghadapi kendala teknis serta administratif dalam memelihara fasilitas yang aman.
Kementerian PUPR sekarang menyediakan bantuan teknis—mulai dari izin konstruksi hingga sertifikasi keselamatan. Prototipe untuk bangunan sekolah sederhana dan rendah telah diperkenalkan untuk memandu pesantren memenuhi standar konstruksi.
Fase awal mencakup delapan provinsi dengan konsentrasi pesantren tertinggi: Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. Tujuannya adalah untuk memperluas secara bertahap ke seluruh nasional.
Untuk mengatasi masalah keamanan, pemerintah juga melibatkan perguruan tinggi Islam seperti UIN dan IAIN, yang fakultas tekniknya akan membantu audit bangunan dan penilaian teknis.
Mempermudah Birokrasi, Memberdayakan Pembangun
Indonesia memiliki lebih dari 42.000 pesantren, hampir semuanya dikelola secara swasta. Banyak yang dibangun di lahan tidak aman atau tanpa izin formal karena perizinan yang rumit dan biaya administrasi tinggi.
Untuk membantu, pemerintah berencana menyederhanakan persetujuan bangunan dan membebaskan biaya izin tertentu. Pemerintah juga menawarkan pelatihan dan sertifikasi gratis bagi pengurus pesantren dan tukang setempat, mengubah tenaga sukarela menjadi keterampilan konstruksi yang diakui.
Selama beberapa dekade, bangunan pesantren didirikan oleh santri dan warga lokal atas dasar gotong royong. Kini, semangat kerjasama itu ditingkatkan menjadi pendekatan yang lebih profesional dan aman tanpa kehilangan esensi kebersamaannya.
Presiden Prabowo Subianto telah menjadikan pembangunan pesantren sebagai prioritas nasional, menginstruksikan kementerian untuk memfokuskan bantuan pada sekolah yang berlokasi di daerah rawan bencana, melayani lebih dari seribu santri, atau yang kesulitan menyelesaikan proyek konstruksi.
Pesan beliau menekankan tiga tujuan: memastikan keselamatan santri, memperkuat kehadiran pemerintah dalam mendukung komunitas agama lokal, dan melanjutkan ikatan sejarah Indonesia antara pemimpin nasional dan ulama.
Lebih Dari Sekadar Bata dan Semen
Para pejabat menekankan bahwa revitalisasi pesantren bukan hanya tentang keamanan fisik. Ini mewujudkan warisan budaya dan moral bangsa—sebuah model pendidikan yang menumbuhkan iman, disiplin, dan nilai-nilai komunitas.
Dari surau desa kecil hingga kampus urban modern, pesantren telah membentuk kompas moral Indonesia selama berabad-abad. Banyak bapak pendiri bangsa—dari KH Hasyim Asy’ari hingga KH Ahmad Dahlan—muncul dari lembaga-lembaga ini, menghubungkan keilmuan Islam dengan perjuangan kemerdekaan.
Seiring waktu, pesantren terus melahirkan pemimpin, pemikir, dan pembaharu yang membawa kerendahan hati dan ketulusan para santri ke dalam kehidupan publik.
Inisiatif pemerintah saat ini berupaya untuk menghormati warisan itu—memastikan tidak ada pesantren yang berdiri dalam kondisi tidak aman atau terabaikan. Audit bangunan, persetujuan yang disederhanakan, dan bimbingan teknis semuanya dirancang untuk melindungi generasi santri penerus bangsa.
Dalam misi bersama ini, setiap bata yang dipasang menjadi doa untuk masa depan negara. Pesantren yang kuat, seperti Indonesia yang kuat, dibangun bukan oleh tangan yang terpecah—tetapi oleh banyak pihak yang bekerja sama menuju satu tujuan yang abadi.
Berita terkait: Indonesia to audit 80 old pesantren buildings for safety risks
Berita terkait: Govt ensures safe learning environment at Islamic boarding schools
Penerjemah: Sean Filo, Tegar Nurfitra
Editor: Anton Santoso
Hak Cipta © ANTARA 2025