Sabtu, 9 Maret 2024 – 01:29 WIB
Surabaya – Ketua Partai Gerindra Jawa Timur, Anwar Sadad, memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan oleh almarhum tokoh NU, Choirul Anam, sebelum beliau meninggal (9 Oktober 2023) mengenai alasan Prabowo Subianto yang awalnya berada di oposisi menjadi bagian dari pemerintahan.
“Seperti yang pernah disampaikan oleh Pak Prabowo, beliau sering mengutip perang samurai dan kontestasi politik di Amerika bahwa jika dua kekuatan besar terus bertarung, tidak akan ada gunanya, karena kapan pertarungannya akan selesai? Sebaiknya bersatu untuk kepentingan masyarakat,” ujar Anwar Sadad dalam sebuah diskusi di Museum NU Surabaya, Jumat, 8 Maret 20204.
Dalam diskusi yang bertajuk “Ngobrol tentang Cak Anam” sebagai bagian dari peringatan tokoh NU dan pendiri Harian “Duta Masyarakat” serta merayakan HUT ke-23 Duta itu, Anwar Sadad, yang akrab disapa Gus Sadad, menjelaskan hal tersebut sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan oleh almarhum Cak Anam dalam diskusi tersebut oleh adik almarhum, M Kaiyis.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo di Lapangan Bela Negara, Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu, 18 Januari 2023, yang menghadiri pembukaan Rapat Pimpinan Kemhan 2023.
“Sejauh ini, Prabowo selama menjabat sebagai Menteri Pertahanan selalu mendorong konsolidasi pertahanan menuju konstalasi politik baru melalui kerja sama dengan negara lain,” kata Anwar Sadad dalam diskusi yang juga dihadiri oleh Luhfil Hakim (Ketua PWI Jatim) dan Prof. DR. KH. Imam Ghazali Said, MA. (UINSA/Pesantren An-Nur Surabaya).
Anwar Sadad, yang merupakan politikus santri lulusan Pesantren Sidogiri, Pasuruan, juga menekankan bahwa Prabowo sering menyinggung peran penting NU yang pernah mengajak untuk “jihad fi sabilillah”, sehingga sejarah mencatat bahwa tentara yang sebelumnya menang dalam perang dunia justru kalah dalam pertempuran di Surabaya, Jawa Timur.
“Dari situ, saya banyak belajar dari Cak Anam bahwa yang penting bukanlah partai politik, melainkan politikus yang mengusung pandangan NU dalam berpolitik, yaitu maqosidus syariah, atau politik yang menghasilkan kebijakan partai untuk menjaga agama, jiwa, dan mengatur urusan dunia,” tambahnya.
Selain itu, Anwar Sadad juga mengingat kritik yang diberikan oleh Cak Anam kepada politikus nahdliyyin yang dianggap sebagai “jago kandang”, bukan sekelas Gus Dur dan Cak Anam sendiri.
Pekerja melipat surat suara pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. (Foto ilustrasi).
Sementara itu, Ketua PWI Jatim, Luhfil Hakim, mengenang Cak Anam sebagai tokoh yang namanya dikenang karena tulisannya, sementara Prof. DR. KH. Imam Ghazali Said, MA., menilai tulisan Cak Anam telah membantu mengenalkan peran NU dalam sejarah nasional kepada masyarakat.
“Cak Anam sering menulis dan menyampaikan pemikiran-pemikiran NU melalui media massa, beliau dekat dengan Gus Dur namun memilih untuk tidak menjadi pejabat, melainkan menjadi warga biasa yang mengurus koran di Jawa Timur serta mendidik kader-kader NU di berbagai bidang, seperti yang dilakukan oleh Gus Sadad,” kata Luhfil Hakim.