Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencoba bus otonom yang akan digunakan di Ibu Kota Nusantara (IKN). Kendaraan tanpa awak ini akan mengangkut tamu undangan dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia.
Jokowi menegaskan bahwa kendaraan yang akan beroperasi di IKN harus bebas emisi, menggunakan listrik atau hidrogen. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas udara di IKN sebagai ibu kota negara baru dengan konsep lingkungan hijau.
Penggunaan bus otonom ini membuat Jokowi berpikir bahwa kota-kota lain di Indonesia juga bisa menerapkannya. Namun, ada tantangan terkait infrastruktur jalan yang mungkin belum memadai.
“Kalau kita ingin, harganya sekitar Rp74 miliar per unit. Pembangunan MRT sekitar Rp2,3 triliun per kilometer. Pembangunan LRT sekitar Rp700 miliar per kilometer. Bedanya, bus otonom ini tidak memerlukan rel sehingga lebih murah dan tidak perlu membangun infrastruktur dasarnya, cukup menggunakan jalan yang sudah ada,” kata Presiden.
Tantangan utama dalam membangun bus otonom adalah lebar trek atau lintasan yang dibutuhkan. Hal ini membuat sulit untuk menerapkannya di kota-kota yang infrastrukturnya sudah terbentuk.
“Kita ingin transportasi massal di IKN berbasis energi hijau, dan bus otonom ini menggunakan listrik. Jadi jalan di IKN memang sudah didesain lebar, cukup untuk bus otonom,” ujar Jokowi.
“Masalahnya sekarang hampir di semua kota, jalannya tidak cukup lebar, itulah masalahnya. Sehingga tidak semua kota bisa menggunakan bus otonom,” tambahnya.
Bus otonom yang disebut trem ini dapat beroperasi dengan kecepatan 40 Km/jam dengan trek khusus. Bus ini menggunakan baterai sebagai sumber daya untuk menjaga keberlanjutan lingkungan.
“Trem otonom akan melakukan pengisian daya setelah mengangkut tamu pagi dan sebelum mengangkut tamu sore. Proses pengisian daya tidak akan mengganggu lingkungan sekitar karena tidak menimbulkan suara atau kebisingan,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.