Jokowi membahas tiga isu dalam pertemuan bilateral dengan PM Kamboja

Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) membahas tiga topik penting selama pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet di Melbourne, Australia, pada hari Selasa.

Pertemuan tersebut juga bertujuan untuk memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Kamboja, menyambut perayaan 65 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara pada tahun 2024.

Dalam sebuah pernyataan dari Kantor Sekretariat Presiden, Jokowi menyoroti tiga isu dalam pertemuan bilateral, dengan yang pertama adalah peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi melalui pengembangan konektivitas dan infrastruktur, baik di sektor udara maupun laut.

Terkait investasi, presiden menegaskan bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia siap untuk berkontribusi dan menjadi mitra utama dalam sektor kereta api dan infrastruktur.

“Kita juga perlu mendorong interaksi antara sektor bisnis untuk memperkuat perdagangan dan investasi,” tegasnya.

Kedua, mengenai isu pemberantasan tindak kejahatan perdagangan manusia, beliau memuji dukungan Pemerintah Kamboja dalam penanganan warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban.

Kepala negara juga menekankan perlunya meningkatkan kerja sama dalam mencegah dan menangani tindak kejahatan perdagangan manusia antara negara asal dan negara tujuan serta melaksanakan nota kesepahaman (MoU) tentang Pemberantasan Kejahatan Transnasional pada tahun 2023.

“MoU harus segera dilaksanakan, terutama dalam pertukaran informasi intelijen dan peningkatan kapasitas kepolisian kedua negara,” katanya.

Terakhir, kedua pemimpin membahas kerja sama di bidang ketahanan pangan, termasuk impor beras dari Kamboja.

Pada kesempatan itu, Jokowi mendorong penyelesaian peremajaan MoU Kerja Sama Perdagangan Beras dan MoU tentang Pembentukan Mekanisme Kontra-Perdagangan untuk menyetujui harga dan kuantitas beras impor.

“Implementasi MoU Pertanian juga perlu segera didorong, terutama tindak lanjut untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan pertanian, irigasi, serta investasi dalam pengolahan dan penyimpanan beras,” katanya.

MEMBACA  Botswana Mengancam untuk Deportasi Gajah ke Eropa dalam Perjuangan Melawan Berburu

Presiden juga menyampaikan terima kasih atas dukungan Kamboja selama Kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN pada tahun 2023.

Beliau kemudian menyoroti pentingnya melaksanakan kesepakatan ASEAN dalam bentuk konsensus lima poin (5PC) dan menyelesaikan krisis di Myanmar.

“Kita menyadari bahwa ASEAN perlu melaksanakan kesepakatan ASEAN dan menyelesaikan krisis di Myanmar. Indonesia akan terus mendukung kepemimpinan Laos tahun ini, terutama dalam melaksanakan 5PC,” katanya.