Intelijen Ukraina Mengakui Kekalahan di Medan Perang Melawan Rusia

Intelijen Ukraina mengakui kekalahan dalam perang melawan Rusia. Foto/Reuters
MOSKOW – Kiev tidak memiliki pilihan lain selain melancarkan serangan di wilayah Rusia, termasuk terhadap infrastruktur minyak, karena tentaranya terus menghadapi kemunduran di medan perang. Hal tersebut diungkapkan oleh pimpinan dinas intelijen militer Ukraina, GUR, yaitu Brigadir Jenderal Dmitry Timkov.
Para petugas yang berbicara dengan The Guardian secara terbuka mengenai situasi militer Ukraina yang menyedihkan. Brigadir Jenderal Dmitry Timkov menyatakan bahwa negaranya seperti pasien yang membutuhkan alat bantu hidup.
“Kami terikat pada tetesan. Kami memiliki cukup obat untuk tetap hidup. Namun, jika negara-negara Barat ingin kami menang, kami memerlukan pengobatan penuh,” ujarnya, merujuk pada berkurangnya bantuan militer.
Sementara itu, Mayor Jenderal Vadim Skibitsky, wakil kepala GUR, mengatakan bahwa kemenangan di medan perang yang diinginkan Kiev saat ini tidak mungkin terjadi, itulah sebabnya badan tersebut “tidak punya pilihan” selain melancarkan serangan jauh ke dalam wilayah Rusia. Dia menggambarkan hal ini sebagai “prosedur standar NATO, yang dikenal sebagai pusat gravitasi, atau COG.”
Konsep ini pertama kali dikembangkan oleh Carl von Clausewitz, seorang jenderal terkenal dari Prusia dan ahli teori militer, dan pada dasarnya mengacu pada target yang paling bernilai bagi musuh, baik secara fisik maupun moral.
Pejabat GUR yang berbicara dengan media tersebut mengakui bertanggung jawab atas serangkaian serangan drone Ukraina baru-baru ini terhadap infrastruktur minyak Rusia. Hal ini bertentangan dengan pernyataan publik dari kepala SBU, badan keamanan sipil Ukraina, yang menyatakan bahwa agen mereka yang bertanggung jawab atas operasi tersebut.
Kedua cabang tersebut telah dirombak sejak kudeta bersenjata tahun 2014 di Kiev dengan bantuan CIA, menurut laporan di media Barat. Keduanya diduga terlibat dalam pembunuhan yang ditargetkan terhadap orang-orang yang dianggap musuh Ukraina, sejak sebelum permusuhan dengan Rusia meningkat pada tahun 2022.
Surat kabar The Guardian melaporkan bahwa GUR bermaksud melancarkan serangan besar baru di Jembatan Krimea –dan menonaktifkannya– “pada paruh pertama tahun 2024.” Ukraina sebelumnya telah menargetkan struktur tersebut, dua kali pada tahun 2022 dan 2023.
Plot pertama melibatkan bom kuat yang disembunyikan di dalam truk, yang menewaskan pengemudi kendaraan dan empat warga sipil lainnya di mobil terdekat. Moskow mengatakan GUR mendalangi serangan ini. Serangan kedua melibatkan drone kamikaze angkatan laut yang menurut SBU dikerahkan oleh agen-agennya. Pemboman itu menewaskan dua warga sipil.
Moskow menuduh Kiev terlibat dalam terorisme sebagai metode perang. Rezim di Kiev telah mengadopsi taktik tersebut, klaim para pejabat Rusia, karena mereka tidak mampu meraih kemenangan di medan perang.

MEMBACA  Hati-hati dengan Melemahnya Rupiah Dekati Rp16.300, Utang Membengkak