loading…
Lebih banyak anak di Inggris yang terpaksa tinggal di akomodasi sementara dibandingkan sebelumnya. Foto/insidecroydon.com
LONDON – Inggris menghadapi krisis perumahan karena lebih dari 150.000 anak tinggal di akomodasi sementara, menurut Menteri Perumahan Angela Rayner.
Statistik resmi yang dirilis Kementerian Perumahan, Komunitas, dan Pemerintah Daerah (MHCLG) pada Kamis (8/8/2024) menunjukkan 151.630 anak tinggal di asrama atau bed and breakfast (B&B) hingga Maret.
“Kami menghadapi krisis perumahan paling akut yang pernah ada dan tunawisma masih mencapai tingkat tertinggi. Ini tidak lebih dari skandal nasional,” ungkap Rayner. “Tindakan mendesak harus diambil untuk memperbaikinya.”
“Anak-anak tunawisma di Inggris saat ini jumlahnya melebihi jumlah penduduk di tempat-tempat seperti Ipswich (151.565), Blackpool (149.070) dan York (141.685),” papar Dave Robinson, asisten direktur operasi di penyedia perumahan Riverside, kepada BBC.
Ada lebih banyak anak tunawisma di akomodasi sementara sejak program tersebut dimulai pada tahun 2004, dan jumlah mereka telah meningkat sebesar 15% sejak Maret 2023, menurut data pemerintah.
Bed and breakfast hanya dimaksudkan untuk menampung keluarga dalam keadaan darurat, hingga maksimal enam pekan, tetapi “ribuan” rumah tangga dengan anak-anak telah tinggal di sana jauh lebih lama.
“Mereka menghabiskan berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun hidup dengan koper, dan tidak dapat menetap,” ujar Polly Neate, kepala eksekutif lembaga amal perumahan Shelter, kepada penyiar negara BBC.
“Tingginya penggunaan akomodasi sementara adalah akibat dari kegagalan kebijakan nasional yang memaksa dewan untuk menangani konsekuensi tunawisma secara mahal daripada mencegahnya sejak awal,” papar Hannah Dalton, juru bicara perumahan untuk Jaringan Dewan Distrik.
Rayner adalah salah satu wakil Perdana Menteri Keir Starmer dan kementeriannya direorganisasi bulan lalu dari apa yang disebut kabinet sebelumnya sebagai Departemen Peningkatan Level, Perumahan, dan Komunitas.
“Pemerintah saat ini tengah bekerja sama dengan para pemimpin lokal untuk mengembangkan strategi jangka panjang guna mengakhiri tunawisma untuk selamanya,” ujar Rayner.