Jakarta (ANTARA) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membuka peluang bagi investor untuk berpartisipasi dalam pengembangan Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Direktur Sumber Daya Laut di Ditjen Pengelolaan Laut KKP, Frista Yorhanita, mengatakan pihaknya berencana mengembangkan K-SIGN di area seluas 10.000 hingga 13.000 hektar.
Namun, karena anggaran terbatas, pemerintah mengajak investor untuk ikut serta dalam pembangunan tersebut.
"Anggaran pemerintah terbatas, jadi kami akan mengundang investor," ujarnya di kantor KKP pada Rabu.
Dia menjelaskan bahwa pusat industri garam ini akan terdiri dari 10 zona. KKP akan mengelola Zona 1 sepenuhnya, sedangkan zona lainnya diserahkan ke investor.
Pengelolaan Zona 1 akan diserahkan ke PT Garam, yang merupakan bagian dari holding pangan UMKM ID FOOD. Perusahaan ini akan mengelola produksi dari hulu ke hilir.
Selain itu, KKP akan berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk melibatkan sekitar 26.000 masyarakat sebagai pekerja.
Yorhanita berharap kawasan ini menjadi zona industri terpadu untuk produksi dan pemasaran.
"Kami berharap kawasan ini benar-benar menjadi area industri terpadu—dari produksi garam, pengolahan, hingga distribusi ke pasar di seluruh Indonesia," tambahnya.
Sementara itu, direktur utama PT Garam, Abraham Mose, menyebutkan beberapa investor dalam dan luar negeri tertarik membangun pabrik di kawasan industri garam.
Namun, dia tidak bisa memberikan detail lebih lanjut karena masih ada pertimbangan bisnis. "Dengan penutupan impor, banyak pihak asing berminat investasi, dan kami terbuka untuk pengembangan," ujarnya.
Penerjemah: Maria Cicilia Galuh Prayudhia, Katriana
Editor: M Razi Rahman
Hak Cipta © ANTARA 2025