Presiden Prabowo Subianto melakukan kunjungan negara ke Beijing, Tiongkok, di mana Indonesia dan Tiongkok menandatangani dua memorandum persefahaman strategis di sektor mineral. Memorandum pertama tentang kerja sama mineral hijau ditandatangani oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dan Menteri Perdagangan Tiongkok Wang Wentao. Penandatangan MoU berlangsung di Great Hall of the People di Beijing dan disaksikan oleh kedua presiden kedua negara.
Menurut pernyataan Kementerian ESDM, MoU kedua tentang kerja sama sumber daya mineral ditandatangani oleh Lahadalia dan Zheng Shanjie, ketua Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Tiongkok (NDRC). “MoU ini menandai babak baru dalam kerja sama strategis antara Indonesia dan Tiongkok,” kata Lahadalia setelah penandatanganan. Menurut menteri Indonesia, kerja sama ini tidak hanya akan memperkuat rantai pasok mineral yang berkelanjutan, tetapi juga mendorong investasi yang signifikan dalam pengembangan energi bersih di kedua negara. Dia mengatakan bahwa kerja sama tersebut mencerminkan keseriusan kedua negara dalam merealisasikan komitmen global untuk mempercepat transisi energi yang berkelanjutan.
“Secara bersama-sama, kita berkontribusi untuk mencapai tujuan global dari transisi energi yang adil dan inklusif,” tambahnya. NDRC dan Kementerian Perdagangan Tiongkok (MOFCOM) adalah dua lembaga pemerintah Tiongkok yang berwenang untuk menyetujui investasi keluar dari Tiongkok. MoU tentang kerja sama mineral hijau yang ditandatangani dengan MOFCOM bertujuan untuk mendorong pengembangan industri mineral hijau, mulai dari tingkat pertambangan hingga hulu, di Indonesia. Hal ini sejalan dengan komitmen bersama kedua negara untuk melawan perubahan iklim.
Sementara itu, MoU tentang sumber daya mineral yang ditandatangani dengan NDRC akan berfokus pada pengembangan dan pemanfaatan mineral yang diperlukan dalam industri modern. Kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan investasi dan memperkuat rantai pasok mineral yang aman dan berkelanjutan.