Indonesia Serukan BRICS untuk Percepat Adopsi AI dalam Pendidikan

Jakarta (ANTARA) – Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Indonesia, Brian Yuliarto, mendorong blok ekonomi BRICS untuk lebih memperhatikan pentingnya dan manfaat integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam sektor pendidikan.

Dia menyampaikan hal ini dalam Pertemuan Menteri Pendidikan BRICS ke-12 yang digelar awal Juni di Brasília, Brasil.

“Ini tentang menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal, meningkatkan efisiensi mengajar, dan memperluas akses ke layanan pendidikan,” ujarnya, seperti dikutip dalam pernyataan resmi dari kantornya di Jakarta, Minggu.

Yuliarto menekankan bahwa Indonesia —yang memiliki sistem pendidikan terbesar keempat di dunia dengan lebih dari 50 juta siswa, 3,3 juta guru, dan 430 ribu sekolah— menganggap penggunaan AI sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Menteri tersebut menyebutkan bahwa pandangan ini telah diwujudkan dalam beberapa inisiatif nasional, termasuk melengkapi sekolah dengan teknologi digital esensial dan meluncurkan aplikasi digital bernama Rumah Pendidikan.

Dia menggambarkan aplikasi itu sebagai platform nasional yang dirancang untuk menyediakan sumber daya pendidikan terkurasi dan personal bagi siswa, guru, dan sekolah.

Selain itu, Yuliarto menyatakan bahwa pemerintah Indonesia bertujuan untuk memperkenalkan mata pelajaran terkait AI dan coding ke ribuan sekolah di seluruh negeri.

Di tingkat perguruan tinggi, dia menegaskan komitmen Indonesia untuk mendukung pembuatan platform kolaboratif di antara negara-negara anggota BRICS.

“Kami yakin inisiatif ini penting untuk memenuhi tuntutan pasar global yang semakin mobile dan kompetitif,” katanya.

Yuliarto juga menekankan perlunya negara-negara BRICS bekerja sama untuk mengatasi hambatan dalam pengembangan digital.

“Indonesia mengajak kolaborasi internasional, khususnya dalam BRICS, untuk berbagi praktik terbaik dan mendorong tata kelola AI yang bertanggung jawab di dunia pendidikan,” tambahnya.

Dalam pertemuan tersebut, Yuliarto dan para menteri pendidikan negara BRICS lainnya sepakat bahwa penggunaan AI harus dipandu oleh kehati-hatian, pertimbangan etis, inklusivitas, kepekaan budaya, dan pendekatan berpusat pada manusia.

MEMBACA  Inovasi untuk Mengatasi Angka Stunting di Jakarta

Berita terkait: AI di dunia pendidikan harus etis, kata Indonesia di pertemuan APEC

Berita terkait: Pemerintah tekankan tata kelola AI kolaboratif di forum BRICS

Penerjemah: Sean F, Tegar Nurfitra
Editor: Arie Novarina
Hak Cipta © ANTARA 2025