Indonesia menyoroti kebutuhan inovasi sektor ritel

Pemerintah Indonesia menekankan bahwa bisnis, khususnya di sektor ritel, perlu berinovasi dan beradaptasi untuk mengatasi pola konsumsi konsumen yang berubah. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Iqbal Shoffan Shofwan mengakui adanya perubahan perilaku konsumen. “Jika mereka tidak berinovasi, mereka akan terpinggirkan oleh perubahan,” katanya ketika dihubungi oleh ANTARA di sini pada hari Sabtu. Shofwan menjelaskan bahwa perubahan dalam perilaku konsumen telah terlihat sejak era COVID-19, ketika konsumen mulai mengunjungi pusat perbelanjaan terutama untuk membeli barang-barang yang mereka butuhkan. Selain itu, perilaku konsumen terkait belanja bulanan telah beralih ke pembelian hanya barang-barang yang mereka butuhkan pada saat itu, bukan untuk digunakan di masa depan. Pemerintah juga mendukung transformasi para pengecer, termasuk berkolaborasi dengan asosiasi ritel dan belanja untuk membuat kampanye diskon pada hari-hari tertentu untuk mendorong pengeluaran konsumen. Dia mencatat bahwa kampanye-kampanye tersebut telah diselenggarakan pada hari Natal dan Hari Raya Idul Fitri, antara lain. Sementara itu, Dzulfian Syafrian, seorang ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), mencatat bahwa inovasi oleh bisnis ritel kecil atau toko kelontong adalah bentuk adaptasi untuk menjaga penjualan. Dia menunjukkan bahwa beberapa toko kelontong sekarang menawarkan tidak hanya barang dan jasa tetapi juga ruang untuk interaksi sosial, seperti kedai kopi. Dia menyatakan bahwa inovasi ini dapat membantu meningkatkan penjualan yang menurun. “Dengan toko-toko besar dan jaringan distribusi yang luas, harga bisa diturunkan. Mereka menyediakan tempat yang nyaman dan terjangkau untuk nongkrong,” katanya. Penulis berita terkait: Indonesia seeking retail boost for economy; Bapanas bolsters food ecosystem ties with retailers.

MEMBACA  Maxime Bouttier dan Luna Maya Beradu Akting di Film Gundik