Jakarta (ANTARA) – Indonesia dan Turkiye terus meningkatkan kerjasama bilateral di sektor pertahanan sebagaimana yang ditandai dengan kunjungan Wakil Menteri Pertahanan Muhammad Herindra ke Turkiye pekan lalu.
Sebagai agenda utama, pada Kamis (4 Juli) Herindra bertemu dengan Wakil Menteri Pertahanan Turki, Bilal Durdali, dan CEO beberapa perusahaan pertahanan Turki, menurut Kedutaan Besar Indonesia di Ankara.
Herindra menganggap Turkiye sebagai “teman penting yang telah menjaga kerjasama pertahanan dengan Indonesia dalam jangka waktu yang lama,” Kedutaan Besar Indonesia mengungkapkan dalam pernyataan pers yang dipublikasikan pada Sabtu.
Dia menyatakan bahwa kedua negara memiliki peluang untuk memperluas kerjasama pertahanan mereka, terutama dalam membangun kepercayaan saling, meningkatkan kapasitas militer, dan mengembangkan sektor manufaktur pertahanan di masa depan.
Kunjungannya menjadi bagian dari upaya Indonesia untuk memperkuat kemitraan strategisnya dengan Turkiye di bidang pertahanan dan kerjasama industri, tambah Herindra.
Dalam pertemuan mereka, kedutaan mengungkapkan, Herindra dan Durlali mengonfirmasi komitmen menteri pertahanan Indonesia dan Turki untuk melanjutkan kerjasama solid kedua negara dalam membangun kemitraan strategis dan berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas dunia.
Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Turkiye Achmad Rizal Purnama, yang mendampingi Herindra selama kunjungan, mengatakan Turkiye adalah mitra yang tepat bagi Indonesia dalam mengembangkan industri pertahanan.
Turkiye tercatat sebagai salah satu dari sedikit negara yang bersedia bermitra dengan Indonesia dalam mengembangkan sektor industri pertahanan dengan menerapkan mekanisme transfer teknologi, tambahnya.
Di forum multilateral dan untuk mengatasi isu-isu penting saat ini, Turkiye juga menjadi mitra terpercaya Indonesia, katanya, menambahkan bahwa kerjasama pertahanan Indonesia dengan Turkiye bertujuan untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang.
Oleh karena itu, Duta Besar Purnama berpendapat bahwa kerjasama pertahanan antara Indonesia dan Turkiye bisa dijelaskan dalam sebuah dokumen strategis dari rancangan besar kemitraan strategis jangka panjang di bidang industri pertahanan.
Dengan demikian, dokumen tersebut akan berfungsi sebagai “deliverables” pada pertemuan pemimpin Indonesia dan Turki di masa depan, katanya.
Selama kunjungannya ke Turkiye, Herindra juga bertemu dengan perwakilan FNSS, produsen kendaraan tempur bersenjata Turki, dan Turkish Aerospace (TUSAS).
FNSS, seperti yang terungkap di situs web resminya, “spesialis dalam merancang dan memproduksi kendaraan tempur beroda dan berjalan serta kendaraan teknik tempur, kubah, dan solusi keberlanjutan”.
FNSS telah berkerjasama dengan produsen senjata milik negara Indonesia PT Pindad dalam memproduksi tank medium, “Harimau”.
TUSAS, yang mengklaim sebagai salah satu pemain global dalam industri penerbangan dan antariksa, memiliki enam pusat bisnis strategis, termasuk kelompok pesawat tempur nasional (NCA), kelompok pesawat, dan kelompok helikopter.
Berita terkait: Indonesia mengeksplorasi drone tempur, pertahanan udara berbasis kecerdasan buatan di Turkiye
Translator: Yashinta DP, Rahmad Nasution
Editor: Bayu Prasetyo
Hak Cipta © ANTARA 2024