Jakarta (ANTARA) – Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menyatakan dukungannya terhadap perjuangan Palestina untuk kemerdekaan sambil mencatat kerusakan yang luas yang telah diakibatkan oleh pasukan pendudukan Israel terhadap situs-situs budaya dan sejarah di negara Timur Tengah tersebut.
Ia menyoroti krisis ini dalam pidatonya pada acara perayaan ikatan dan solidaritas yang terjalin antara bangsa Indonesia dan Palestina di Jakarta pada hari Jumat, menurut pernyataan resmi yang diterbitkan di sini pada Sabtu.
“Bayangkan, sementara kita di sini menunggu waktu berbuka puasa, saudara-saudara kita di Palestina tertindas oleh kolonialis. Kerusakan meluas hingga ke situs-situs budaya, seniman, dan aktivis budaya, yang dirampas hak-haknya,” kata Zon.
Dalam acara tersebut, yang juga dihadiri oleh warga Palestina, menteri tersebut mengutip laporan UNESCO yang menunjukkan bahwa invasi Israel mengakibatkan kerusakan pada 83 properti budaya dan sejarah, termasuk 53 bangunan bersejarah atau artistik, 11 situs keagamaan, dan 8 monumen.
Lebih lanjut, serangan sembrono rezim zionis juga merusak 3 gudang properti budaya bergerak, 7 situs arkeologi, dan 1 museum.
Ia menegaskan bahwa Israel mungkin juga telah menghancurkan sejumlah objek warisan budaya selama invasi genosida besar-besaran ke Jalur Gaza Palestina, yang dimulai pada Oktober 2023 dan “berakhir” dengan gencatan senjata yang efektif sejak 19 Januari tahun ini.
Zon kemudian mengulang dukungannya terhadap perjalanan rakyat Palestina menuju kemerdekaan, sambil mencatat bahwa perjuangan mereka sejalan dengan Konstitusi Indonesia, yang menganjurkan untuk menghilangkan praktik kolonialisme di dunia.
Dalam konteks ini, ia menekankan perlunya berjuang melawan “standar ganda dan hipokrisi yang sering dilakukan oleh Barat di forum-forum global.”
Wakil Menteri Luar Negeri, Anis Matta, dan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Hidayat Nur Wahid, termasuk di antara mereka yang menghadiri acara tersebut, yang bertajuk “Indonesia Bersama Palestina: Ramadan Kemenangan dan Solidaritas.”
Translator: Pamela S, Tegar Nurfitra
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025