Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono telah mencari kolaborasi internasional untuk manajemen efektif dari kawasan konservasi laut.
Manajemen kawasan konservasi laut di Indonesia—yang merupakan rumah bagi 23 persen mangrove dunia, 18 persen terumbu karang, dan 15 persen padang lamun—akan memiliki implikasi bagi masyarakat global, kata beliau.
“Oleh karena itu, kami melihat bahwa menghadapi tantangan keuangan dan teknis untuk memperluas dan mengelola kawasan konservasi laut adalah tanggung jawab global dan memerlukan kolaborasi internasional,” tambah menteri tersebut.
Beliau menyampaikan hal tersebut pada peluncuran program Climate and Ocean Adaptation and Sustainable Transition (COAST), yang dilakukan bekerja sama dengan Inggris, di sini pada hari Selasa.
Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mulai mengembangkan model untuk menghasilkan nilai ekonomi karbon biru di kawasan konservasi laut yang saat ini menyimpan sekitar 98 juta ton karbon dioksida setara (CO2eq) dan menyerap 360 juta ton CO2eq.
Sejumlah empat model pilot telah direncanakan di empat lokasi—Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kepulauan Riau, dan Jawa Tengah.
Proyek pilot akan dilaksanakan selama 10 tahun dan memerlukan investasi sebesar US$3 juta, dengan hasil yang diharapkan adalah perlindungan penyerapan karbon lebih dari 17 juta ton CO2eq.
Lebih lanjut, Menteri Trenggono mengatakan bahwa Indonesia berencana melindungi 10 persen dari luas wilayah lautnya (setara dengan 30 juta hektar) pada tahun 2030, dan 30 persen atau 97,5 juta hektar pada tahun 2045.
“Pada tahun 2024, Indonesia sudah melindungi 29,9 juta hektar laut. Luas ini hampir sama dengan luas daratan Inggris. Namun, kita masih memiliki perjalanan panjang untuk mencapai 97,5 juta hektar,” tambahnya.
Selain itu, kawasan konservasi laut Indonesia melindungi sekitar 1,1 juta hektar terumbu karang, 84 ribu hektar mangrove, dan 150 ribu hektar padang lamun.
Perluasan kawasan konservasi laut, kata beliau, akan meningkatkan luas perlindungan ekosistem.
“Namun, menurut analisis biaya-manfaat kami pada tahun 2024, biaya untuk memperluas dan mengelola efektif 30 persen dari kawasan perlindungan laut juga signifikan. Biaya yang dibutuhkan mencapai US$2,5 miliar hingga US$3,4 miliar, tergantung pada skenario tingkat perlindungan,” informasinya.
Oleh karena itu, Trenggono menyambut baik program COAST dari Inggris, yang akan memberikan pendanaan hingga 18 juta poundsterling untuk mendukung upaya konservasi laut Indonesia.
“Indonesia dengan tulus menghargai dukungan tak ternilai dari Inggris dalam mendorong upaya konservasi laut,” katanya.
Berita terkait: Fokus pada perluasan konservasi laut: Menteri Kelautan
Translator: Kuntum Khaira Riswan, Yashinta Difa
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Hak cipta © ANTARA 2025