Jakarta (ANTARA) – Menteri Luar Negeri Sugiono menyatakan bahwa Indonesia konsisten mengikuti hukum internasional yang berlaku, termasuk UNCLOS 1982, untuk memprioritaskan penyelesaian damai sengketa di Laut China Selatan.
“Untuk memastikan stabilitas maritim di wilayah tersebut, Indonesia juga akan terus mendorong dialog konstruktif dalam menyelesaikan Kode Etik di Laut China Selatan,” ujarnya saat menyampaikan pidato tahunan di sini pada Jumat.
Sugiono menekankan pentingnya stabilitas maritim bagi Indonesia, yang mengelola beberapa jalur pengiriman penting dan strategis untuk ekonomi global, termasuk Selat Malaka, Selat Singapura, Selat Sunda, dan Selat Lombok.
“Dalam konteks ini, saya ingin menegaskan bahwa diplomasi Indonesia tetap berkomitmen untuk memajukan kepentingan nasional kita sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi seluruh bangsa Indonesia, termasuk integritas wilayah dan kedaulatan Republik Indonesia,” katanya.
Oleh karena itu, Indonesia akan terus memprioritaskan penyelesaian damai konflik, serta mengidentifikasi upaya dan titik konvergensi di mana dapat melakukan kerjasama saling menguntungkan.
Berita terkait: Laut China Selatan: Indonesia meminta China untuk menghormati UNCLOS
Sugiono menjelaskan bahwa Indonesia juga akan memperkuat arsitektur kesehatan global yang lebih responsif untuk mengatasi tantangan wabah penyakit dan pandemi yang terus berkembang.
Mengambil pelajaran dari pandemi COVID-19, yang merupakan panggilan keras bagi dunia, diplomasi kesehatan Indonesia akan dilakukan secara komprehensif.
“Kami akan bekerja sama dengan semua pihak untuk memperkuat kapasitas sumber daya manusia kami, serta upaya mencapai swasembada nasional obat-obatan dan vaksin,” katanya.
Ia menekankan bahwa isu kesehatan global harus dilihat sebagai kepentingan bersama bukan faktor pemecah belah di antara negara-negara.
“Persaingan geopolitik tidak boleh menghambat upaya kemanusiaan global,” tutup Sugiono.
Berita terkait: G20 memperkuat komitmen untuk memperkuat arsitektur kesehatan global
Translator: Cindy Frishanti Octavia, Yashinta Difa
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2025