Pemerintah Indonesia telah mengidentifikasi 10 daerah sebagai prioritas utama dalam tahap awal pengembangan fasilitas waste-to-energy (WTE). Ini merupakan bagian dari strategi nasional untuk meningkatkan pengelolaan sampah.
Menteri Koordinator Bidang Pangan dan Ketua Tim Percepatan Pangan, Energi, dan Air Zulkifli Hasan mengatakan, pemilihan ini berdasarkan proses asesmen dan verifikasi komprehensif yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup.
"Kriterianya mencakup daerah yang menghasilkan sampah lebih dari 1.000 ton per hari, memiliki lahan tersedia untuk pembangunan WTE, dan menunjukkan komitmen jelas dari pemerintah daerah untuk mengelola transportasi sampah," jelas Hasan kepada wartawan, Kamis.
Kesepuluh daerah itu adalah DKI Jakarta (dengan empat lokasi), Bali, Yogyakarta, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Bogor Raya, Tangerang, Semarang, Medan, dan Jawa Barat—yang meliputi Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Garut.
Hasan menambahkan, ada 14 daerah lain yang sedang ditinjau, seperti Serang, Sulawesi Selatan, Depok, Pekanbaru, Lampung, Malang, Padang, Samarinda, Balikpapan, Pontianak, Banjarmasin, Jambi, Kota Makassar, dan Kota Tangerang Selatan.
Kementerian Lingkungan Hidup menekankan bahwa pemerintah daerah harus menyerahkan deklarasi kesiapan resmi kepada menteri, disertai beberapa persyaratan kunci.
Persyaratan itu antara lain menyediakan lahan minimal lima hektar yang sesuai dengan peraturan tata ruang, bebas banjir, jauh dari bandara, serta memiliki akses jalan dan infrastruktur air yang memadai.
Untuk menjamin efisiensi logistik, fasilitas WTE harus berada dalam jarak 50 kilometer dari sumber sampah. "Persyaratan ini sudah dipenuhi oleh masing-masing pemerintah daerah," kata Hasan.
Dalam dukungan finansial besar untuk inisiatif ini, dana kekayaan sovereign Indonesia, Danantara, mengumumkan bahwa "obligasi patriot" senilai Rp50 triliun (sekitar US$3,2 miliar) telah sepenuhnya diambil alih melalui skema penempatan privat.
CEO Danantara Rosan Roeslani menyatakan pada Rabu bahwa dana tersebut akan mendukung proyek energi baru dan terbarukan serta proyek WTE di 33 lokasi di seluruh Indonesia. Menurut dia, Danantara berencana menggelar tender untuk memilih mitra proyeknya pada akhir bulan ini.
Danantara memperkirakan, mengkonversi 1.000 ton sampah memerlukan investasi Rp2 triliun hingga Rp3 triliun atau US$127 juta hingga US$190 juta, dan dapat menghasilkan hingga 15 megawatt listrik—cukup untuk memasok sekitar 20.000 rumah tangga.