Jakarta (ANTARA) – Indonesia dan Sudan telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk memperkuat kerja sama dalam pengawasan makanan dan farmasi.
Menurut MoU tersebut, pemerintah Indonesia akan berusaha memanfaatkan potensi pasar Afrika guna meningkatkan perekonomian nasional, kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar pada Kamis.
“Sekarang kita bekerja sama untuk meningkatkan potensi Indonesia. Kedua, kita dapat sekutu baru, dan ketiga, ada peluang bisnis dan ekonomi,” ujarnya.
Ikrar menjelaskan, MoU ini merupakan tindak lanjut dari komitmen bersama yang dicapai pada 2024 di Forum Indonesia-Afrika. Harapannya, MoU ini bisa membantu Indonesia mengekspor makanan, obat-obatan, dan kosmetik ke Sudan sekaligus meningkatkan kualitas produk nasional.
Dengan MoU ini, semua produk bersertifikat BPOM—termasuk makanan, obat, dan jamu—bisa langsung diekspor ke Sudan tanpa verifikasi tambahan, jelas Kepala BPOM.
Sudan adalah salah satu negara terbesar di Afrika dengan populasi hampir 45 juta jiwa. Untuk obat herbal, pasar sebesar itu bisa menciptakan permintaan dan produksi besar, serta mendorong produsen meningkatkan kualitas produknya.
Ikrar berharap ini bisa mendorong standardisasi jamu atau bahkan mengubahnya menjadi fitofarmaka.
Indonesia memiliki 30 ribu jenis tumbuhan, sekitar 17 ribu di antaranya digunakan dalam pengobatan herbal—warisan yang telah dijaga ribuan tahun.
Menurut situs resmi BPOM, dari 17 ribu obat herbal itu, 78 sudah distandardisasi dan 21 dikembangkan jadi fitofarmaka.
Di kesempatan yang sama, Duta Besar Sudan untuk Indonesia, Yassir Mohammed Ali, menyatakan Sudan bangga dan senang bekerja sama dengan Indonesia.
Ia menambahkan, sejak bergabung dengan BRICS, Indonesia menunjukkan kecenderungan kuat untuk memperluas hubungan ekonomi dengan Afrika—benua besar dengan 55 negara dan lebih dari 1 miliar penduduk.
“Ada peluang besar bagi Indonesia, terutama dalam ekonomi halal. Indonesia adalah negara terdepan, lokomotif di antara negara-negara Muslim,” katanya.
Menurut Ali, Sudan bisa berperan dalam ekspansi ekonomi ini karena beberapa faktor, seperti letak geografisnya. Dikelilingi negara-negara daratan dengan total 200 juta penduduk, Sudan menjadi salah satu pintu masuk ke Afrika.
“Kami ingin melihat produk Indonesia di Sudan. Kami ingin hubungan ekonomi antara Sudan dan Indonesia semakin erat di bidang strategis maupun lainnya,” tambahnya.