Indonesia dan Australia membahas kerjasama transisi energi

Jakarta (ANTARA) – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membahas kerja sama transisi energi selama pertemuan bilateral dengan rekan sejawatnya dari Australia, Penny Wong, pekan ini. Pertemuan tersebut dilaksanakan di sela-sela KTT Khusus ASEAN-Australia di Melbourne pada 4-6 Maret 2024. “Dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Wong, kami membahas berbagai hal, antara lain, kerja sama dalam transisi energi, termasuk pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV),” ungkap Marsudi dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh kantornya pada hari Rabu. Selain itu, beliau menekankan pentingnya kedua pemerintah menghapus hambatan non-tarif dalam perdagangan bilateral. “Dalam hal ini, saya juga menyampaikan pentingnya kerja sama dalam biosekuriti, terutama untuk produk ikan dan buah,” tambahnya. Sebelumnya, dalam pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) meminta implementasi segera nota kesepahaman (MoU) tentang kerja sama dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik, yang ditandatangani oleh kedua negara pada November tahun lalu. MoU ini dianggap penting untuk memperkuat kerja sama dalam rantai pasok mineral kritis dan kendaraan listrik. “Terkait nikel, Presiden Jokowi meminta kerja sama antara kedua negara dalam menghadapi situasi pasar global,” informasi Marsudi. Indonesia dan Australia dikenal memiliki sumber daya alam yang dapat disinergikan, terutama mineral kritis yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik. Dalam lima tahun terakhir, Indonesia telah mengembangkan industri hulu nikel untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik. Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa negara ini memiliki tiga pabrik yang memproduksi campuran hidroksida presipitat, bahan dasar untuk prekursor baterai. Beberapa proyek manufaktur baterai juga dijadwalkan akan dimulai dalam beberapa tahun mendatang. Sementara itu, Australia memiliki 24 persen cadangan litium dunia, hanya kalah dari Chile. Negara tersebut menyumbang 43 persen ekstraksi litium global pada tahun 2022. Menurut pernyataan yang dirilis pada hari Rabu, Australia dapat memanfaatkan sumber daya litiumnya yang melimpah dengan berkolaborasi dengan Indonesia – yang telah mengembangkan industri nikel – untuk membangun poros baru bagi ekosistem baterai kendaraan listrik, serta membentuk aliansi. Berita terkait: Investasi Australia di Indonesia mencapai US$545,2 juta pada tahun 2023 Berita terkait: Jokowi akan menyoroti isu kendaraan listrik, digitalisasi di KTT ASEAN-Australia Berita terkait: Indonesia, Australia akan menandatangani kerja sama pertahanan. Penyusun: Yashinta Difa P, Resinta Sulistiyandari Editor: Azis Kurmala Hak cipta © ANTARA 2024″

MEMBACA  TechTarget Memenangkan 31 Penghargaan Editorial Online Nasional dan Regional dari American Society of Business Publication Editors (ASBPE) Oleh Investing.com