Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan memilih mitra yang kompetitif untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Pemilihan ini mempertimbangkan efisiensi dan jumlah listrik yang dihasilkan.
Pernyataan ini disampaikan Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, menanggapi janji Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mendukung Indonesia dalam mengembangkan PLTN saat kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Kremlin.
“Kami akan meninjau proposal pengembangan PLTN untuk menentukan pilihan yang paling efisien, kompetitif, dan memberikan hasil terbaik,” ujar Tanjung di kantor Kementerian ESDM, Jakarta.
Tanjung menambahkan, selain Rusia, Kanada dan Korea Selatan juga telah menawarkan diri untuk berpartisipasi dalam pengembangan nuklir Indonesia.
“Jadi nanti kita akan pilih berdasarkan besaran investasi, hasil keluaran, dan efisiensinya. Kami berharap dengan pengembangan PLTN ini, harga dasar listrik yang dibeli oleh PLN bisa menjadi lebih kompetitif,” jelasnya.
Pernyataan serupa sebelumnya telah disampaikan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, yang mengungkapkan bahwa Kanada dan Rusia telah mengajukan proposal untuk ikut membangun PLTN di Indonesia.
Lahadalia menyebutkan, peta jalan pengembangan PLTN telah disiapkan hingga tahun 2034, dengan total kapasitas terencana sebesar 500 MW. Dari jumlah tersebut, 250 MW akan dibangun di Sumatra dan sisanya 250 MW di Kalimantan.
Indonesia berencana menggunakan teknologi small modular reactor (SMR) untuk kedua lokasi tersebut.
Selain Rusia dan Kanada, Indonesia juga telah menjajaki kerja sama dengan Korea Selatan dalam pengembangan tenaga nuklir. Namun, Korea Selatan menggunakan teknologi reaktor skala besar.
Berita terkait: Pembangkit listrik tenaga nuklir menjadi bagian penting dalam rencana energi Indonesia
Berita terkait: Tenaga nuklir menjadi pilihan strategis energi Indonesia: pemerintah
Penerjemah: Putu Indah, Kuntum Khaira
Editor: M Razi Rahman
Hak Cipta © ANTARA 2025