Indonesia Akan Meninjau Ulang Protokol Pendakian Setelah Tragedi Rinjani

Jakarta (ANTARA) – Pemerintah mengumumkan akan mengevaluasi ulang standar prosedur pendakian secara menyeluruh untuk meminimalkan cedera dan memastikan keamanan, setelah kematian pendaki asal Brasil, Julana Marins, 27 tahun.

Marins dilaporkan hilang di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, pada Sabtu (21 Juni). Setelah lima hari upaya penyelamatan, jenazahnya ditemukan sekitar 600 meter di bawah jalur pendakian.

Kepala Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas), Mohammad Syafi’i, menyatakan pada Senin bahwa evaluasi ulang harus segera dilakukan untuk meningkatkan kapasitas tim SAR di seluruh Indonesia. Dia menegaskan Basarnas akan memberikan pelatihan lebih baik agar tim memahami prosedur tanggap darurat di jalur pendakian seperti ini.

"Ke depannya, kami ingin meningkatkan kemampuan dan potensi tim SAR. Ini sedang berjalan (pembangunan kapasitas), sinergi sudah baik dalam praktik, tapi kita masih perlu kolaborasi yang lebih baik," ujar Syafi’i.

Personel Basarnas telah membuktikan keterampilan mereka dalam beberapa operasi skala global, seperti saat bencana di Turki dan Myanmar. Namun, seperti kasus Marins, cuaca ekstrem dan medan tetap jadi tantangan utama dalam menyelamatkan pendaki.

Syafi’i juga menanggapi saran untuk mendirikan pos di sepanjang jalur pendakian guna menyimpan peralatan SAR, yang bisa mempercepat tanggap darurat. Menurutnya, langkah ini perlu kolaborasi dengan pemangku kepentingan terkait, karena Basarnas tidak bisa menempatkan sumber dayanya yang terbatas ke semua daerah di Indonesia.

"Untuk destinasi wisata, misalnya, harus dimulai dengan komunikasi. Dengan berkomunikasi, kita bisa menilai risiko bahaya dan mempersiapkan personel serta peralatan sesuai kebutuhan," jelasnya.

Dia meyakini prinsip utama operasi SAR adalah empati terhadap korban, yang mendorong personel untuk segera menolong.

Basarnas juga akan mempertimbangkan kritik tentang proses evakuasi yang lambat dan penyampaian informasi selama evaluasi ulang.

MEMBACA  Hamas Menunjukkan Dominasi dan Kekuatan di Gaza saat Pembebasan 3 Sandera Israel

"Kritik itu wajar, dan kami mengevaluasi setiap kejadian," kata Syafi’i.

Di kesempatan sama, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni mengatakan pemerintah akan memberlakukan pengawasan lebih ketat dan meninjau prosedur keselamatan pendakian, agar orang tidak melakukan aktivitas ini sekadar mengikuti tren.

Berita terkait: