Hiloi: Simbol tradisi dan identitas suku Sentani

Jayapura (ANTARA) – Di setiap rumah masyarakat adat Sentani di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, terdapat sebuah objek sederhana namun bermakna yang disimpan di sudut dapur: hiloi.

Hiloi adalah garpu kayu tradisional yang digunakan untuk makan papeda, makanan pokok masyarakat Papua yang terbuat dari sagu.

Lebih dari sekadar alat makan, hiloi adalah simbol warisan budaya, menjadi alat penyatuan bagi keluarga dan menandai identitas suku Sentani.

“Hiloi bukan hanya sebuah cabang kayu. Alat ini mencerminkan filosofi hidup masyarakat adat Sentani tentang persatuan, kesabaran, dan penghormatan terhadap leluhur,” kata Orgenes Monim, tokoh budaya asli suku Sentani, kepada ANTARA.

Suku Sentani adalah kelompok etnis yang mendiami wilayah Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, khususnya sekitar Danau Sentani dan sebagian Kota Jayapura, dengan jumlah penduduk sekitar 30 ribu.

Suku ini tersebar di tiga wilayah geografis: kelompok barat yang berkonsentrasi di Pulau Yonokom, kelompok timur di Pulau Asei, dan kelompok tengah di Pulau Ifar.

Dalam budaya kuliner suku Sentani, hiloi selalu disertai dengan wadah papeda yang terbuat dari tanah liat, atau gerabah, yang disebut helai dalam bahasa Sentani, dan piring tanah liat untuk lauk, yang dikenal sebagai hote.

Bersama-sama, ketiga item ini membentuk sistem penyajian makanan tradisional yang selain estetis juga kaya akan nilai spiritual dan ekologis.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jayapura, Fredrik Modouw, mengatakan kepada ANTARA bahwa hiloi adalah bagian penting dari ekosistem budaya yang hidup dan berkembang di masyarakat.

“Masyarakat adat Sentani memiliki hubungan emosional dengan hiloi. Alat makan ini hadir saat jamuan keluarga, upacara adat, bahkan acara gereja. Ketika seseorang meninggal, keluarga akan menyajikan papeda dengan hiloi sebagai simbol perpisahan yang penuh hormat,” ujarnya.

MEMBACA  BofA mengatakan saham chip tidak akan mencapai puncaknya hingga pertengahan 2026, dan bahwa 3 sub-industri ini akan berkembang hingga saat itu.

Proses pembuatan hiloi bukan dilakukan dengan sembarangan. Kayu yang digunakan biasanya berasal dari pohon-pohon tertentu seperti matoa (Pometia pinnata), yang dipilih karena kekuatan dan kehalusan seratnya.

Proses ini dilakukan secara manual oleh para pengrajin yang mewarisi keterampilan dari generasi sebelumnya.

Refleksi

Pada Juni 2025, masyarakat Kabupaten Jayapura akan merayakan keberadaan hiloi dalam sebuah acara budaya yang bertajuk Festival Budaya Sejuta Hiloi.

Festival ini akan diselenggarakan di Desa Ebungfa, Kecamatan Ebungfauw, sebagai bagian dari upaya untuk melestarikan warisan budaya tak berwujud dan memperkuat identitas lokal suku Sentani.

Festival ini, yang diinisiasi bersama masyarakat Desa Ebungfa, diharapkan menjadi forum untuk mengeksplorasi, merayakan, dan memperkenalkan kembali makna hiloi kepada masyarakat, terutama generasi muda.

Dalam festival ini, masyarakat tidak hanya diundang untuk menonton pertunjukan budaya tetapi juga untuk berpartisipasi dalam lokakarya pembuatan hiloi, atraksi tradisional, dan pameran kuliner lokal.

Pertemuan koordinasi yang dilakukan pada akhir April 2025 mengumpulkan tokoh adat, pemimpin adat (Ondoafi), tokoh perempuan, pemuda, dan perwakilan dari komunitas budaya.

Pertemuan tersebut membahas aspek teknis dalam pelaksanaan festival, pembentukan panitia, dan pembagian peran untuk setiap pihak.

“Tujuan utama kami adalah membangun kesadaran bahwa hiloi bukanlah objek museum. Ini masih hidup, digunakan, dan harus diwariskan secara aktif. Oleh karena itu, festival ini dirancang sebagai forum pembelajaran dan pertemuan lintas generasi,” tegas Fredrik Modouw.

Sementara itu, festival ini akan menampilkan serangkaian kegiatan, termasuk atraksi budaya dan upacara adat, seperti prosesi makan papeda bersama menggunakan hiloi dan pertunjukan seni tradisional, seperti tari yosim pancar dan lagu-lagu daerah.

Kompetisi tradisional seperti lomba makan papeda cepat, pembuatan hiloi, dan bercerita tentang legenda Sentani, serta lokakarya interaktif tentang teknik ukiran hiloi dan pembentukan hote juga akan diselenggarakan.

MEMBACA  VP Kamala Harris dan para donor Demokrat membahas 'kebutuhan mendesak yang muncul' dalam perlombaan, dengan kampanye Biden dalam krisisTranslate to Indonesian: Wapres Kamala Harris dan para donor Demokrat membahas 'kebutuhan mendesak yang muncul' dalam perlombaan, dengan kampanye Biden dalam krisis

Festival ini juga akan menampilkan pameran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta produk kuliner lokal, menampilkan produk kerajinan tangan, makanan berbahan dasar sagu dan ikan, serta produk hutan non-kayu, serta panggung rakyat, di mana pemuda Sentani mengekspresikan kreativitas mereka melalui puisi, musik akustik, dan drama.

Regenerasi Budaya

Di tengah globalisasi, yang membawa pengaruh kuat dari budaya asing, hiloi telah menjadi salah satu simbol budaya yang berisiko terabaikan.

Banyak anak muda Papua, terutama yang berada di perkotaan, tidak akrab dengan fungsi dan makna hiloi.

“Anak-anak hari ini harus tahu bahwa sebelum ada sendok dan garpu dari pabrik, orang tua kita hidup berdampingan dengan peralatan makan buatan sendiri. Mereka tidak hanya makan tetapi merasakan kehadiran leluhur mereka melalui hiloi,” kata Orgenes Monim.

Festival Budaya Sejuta Hiloi diharapkan menjadi momentum penting untuk menghidupkan kembali tradisi ini. Melalui pendekatan partisipatif, festival ini bertujuan untuk memastikan bahwa generasi muda terlibat tidak hanya sebagai penonton tetapi juga sebagai aktor dan pewaris budaya.

Untuk itu, panitia festival akan melibatkan siswa dari berbagai sekolah di Kecamatan Ebungfauw dan sekitarnya, memungkinkan mereka belajar dari para pengrajin, tampil di panggung budaya, dan berpartisipasi dalam kompetisi.

Festival ini tidak hanya merupakan upaya untuk melestarikan budaya tetapi juga diarahkan sebagai bagian dari strategi pengembangan pariwisata berbasis budaya di Kabupaten Jayapura. Potensi pariwisata budaya di sekitar Danau Sentani sangat besar tetapi belum dimanfaatkan secara optimal.

“Dengan memperkenalkan hiloi sebagai simbol budaya Sentani, kita juga sedang menciptakan merek lokal yang unik. Wisatawan datang tidak hanya untuk melihat danau tetapi juga untuk merasakan tradisi makan papeda langsung dari dapur masyarakat adat,” kata Modouw.

MEMBACA  Wali Kota Paul Finsen Desak Pencopotan Kepala BBKSDA Papua Usai Pembakaran Mahkota Cenderawasih

Festival Budaya Sejuta Hiloi diharapkan menjadi agenda tahunan yang dapat dimasukkan ke dalam kalender acara budaya Papua.

Selain memperkuat identitas masyarakat, festival ini akan membuka peluang ekonomi baru bagi para pengrajin, petani sagu, nelayan tradisional, dan UMKM lokal.

Desa Ebungfa dipilih sebagai tuan rumah karena dianggap telah melestarikan tradisinya. Penduduknya tinggal di tepi danau, masih menggunakan peralatan tradisional dalam kehidupan sehari-hari, dan sangat berkomitmen untuk melestarikan budaya.

“Ebungfa adalah contoh desa yang tidak terputus dari akar tradisionalnya. Kami ingin mengangkat mereka sebagai model regenerasi budaya organik,” kata Modouw.

Bagi masyarakat Ebungfa, festival ini bukan hanya sekedar perayaan tetapi juga tanggung jawab untuk menunjukkan kepada dunia bahwa budaya Papua tidak hilang, punah, atau ketinggalan zaman.

Sebaliknya, budaya itu hidup dalam ketenangan dapur, dalam berbagi papeda, dan dalam tangan yang penuh kasih yang merajut hiloi.

Hiloi membawa pesan mendalam bahwa budaya adalah warisan bersama yang harus dipelihara, dihargai, dan diwariskan.

Melalui Festival Budaya Sejuta Hiloi, masyarakat Kabupaten Jayapura sedang menuliskan kembali narasi budayanya, bukan sebagai masa lalu yang terlupakan tetapi sebagai warisan yang dibawa ke masa depan.

Berita terkait: Jayapura Suku Sentani mengucapkan selamat tinggal kepada Lukas Enembe

Berita terkait: Festival Noken untuk merayakan budaya Indonesia: menteri

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Azis Kurmala
Hak cipta © ANTARA 2025