Warga Palestina mulai kembali ke rumah mereka di kawasan Sheikh Radwan, setelah tentara Israel tarik mundur dari Kota Gaza menyusul kesepakatan gencatan senjata pada tanggal 16 Oktober 2025.
Kelompok pejuang Hamas menyampaikan apresiasi yang dalam atas upaya tulus dari Mesir, Qatar, dan Turki selama dua tahun terakhir dalam mencapai kesepakatan untuk menghentikan perang di Gaza. Hamas mendesak para mediator untuk mendorong penerapan kesepakatan gencatan senjata oleh Israel, yang dianggap telah sering melanggar.
Menurut pernyataan Hamas di Telegram, upaya mediasi itu meliputi penyelenggaraan pertemuan, pendekatan berbagai sudut pandang, menjembatani perbedaan posisi, dan ketekunan mereka dalam mengatasi kendala, yang akhirnya membawa berakhirnya perang tak terkendali di Gaza.
Hamas juga meminta negara-negara penengah tersebut untuk melanjutkan memastikan implementasi sisa ketentuan dalam perjanjian. Mereka menyerukan agar bantuan yang dibutuhkan dapat masuk ke Gaza, pintu perlintasan Rafah dibuka dua arah, dan memulai proses rekonstruksi wilayah.
Di sisi lain, kelompok sayap kanan Israel, Tsav 9, menghadang truk-truk bantuan kemanusiaan yang menuju Gaza melalui perlintasan Karem Abu Salem (Kerem Shalom). Melalui unggahan di X, kelompok ini menyatakan bahwa anggota mereka sedang memblokir truk bantuan di beberapa titik mendekati perlintasan yang dikuasai Israel.
Mereka mengklaim bahwa Hamas telah melanggar perjanjian dan menolak membebaskan sandera, sehingga pengiriman bantuan untuk rekonstruksi harus dihentikan. Mereka menegaskan tidak akan mengizinkan truk bantuan lewat sampai semua sandera dikembalikan.