Eskalasi ketegangan antara India dan Pakistan mulai mereda setelah kedua negara sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Otoritas India mengklaim bahwa kekuatan militer mereka yang memaksa Pakistan untuk menghentikan tembakan.
Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri India, Randhir Jaiswal, kekuatan senjata India menjadi faktor utama dalam mengakhiri konflik tersebut. Presiden AS, Donald Trump, sebelumnya telah mengancam akan menghentikan perdagangan dengan kedua negara tersebut, sebagai upaya untuk mendorong tercapainya gencatan senjata. Ancaman Trump tersebut akhirnya membuahkan hasil, dengan India dan Pakistan secara bersamaan mengumumkan penghentian permusuhan mereka.
Jaiswal menegaskan bahwa kekuatan militer India menjadi pendorong bagi Pakistan untuk menghentikan serangannya. Pesan yang disampaikan India kepada pemimpin dunia juga jelas, bahwa jika Pakistan menyerang, India akan membalas. Namun, jika Pakistan berhenti, India juga akan menghentikan tindakan agresifnya.
Hubungan antara kedua negara menjadi tegang setelah serangan di dekat Kota Pahalgam, wilayah Jammu dan Kashmir yang dikelola oleh India. Insiden tersebut menewaskan 25 warga India dan satu warga Nepal. India menuduh Pakistan sebagai dalang di balik serangan tersebut, namun Pakistan membantah tuduhan tersebut.
Pada 7 Mei, Kementerian Pertahanan India melancarkan Operasi Sindoor sebagai respons atas serangan teroris di Pahalgam. India mengklaim menyerang “infrastruktur teroris” di wilayah Pakistan dalam operasi tersebut. Pakistan menanggapi dengan menyatakan bahwa India telah menyerang lima permukiman di Pakistan, menewaskan 31 orang dan melukai 57 lainnya. Kedua negara saling bersikeras bahwa tindakan mereka adalah bentuk balasan dari serangan yang dilakukan pihak lawan.
Konflik antara India dan Pakistan telah menciptakan ketegangan yang meresahkan, namun dengan gencatan senjata yang telah disepakati, diharapkan kedua negara dapat menjaga perdamaian dan menghindari eskalasi konflik lebih lanjut.