Surabaya, Jawa Timur (ANTARA) – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak masyarakat untuk menghargai dan mempromosikan Batik Sampang, jenis batik tulis yang terkenal dengan warna alami dan kualitas tinggi, serta dianggap sebagai warisan budaya dari Madura.
“Aku sedikit tahu tentang berbagai jenis batik. Sekilas, ada kesamaan antara Batik Sampang dan Pamekasan, tapi dalam hal pewarnaan, (Batik Sampang) lebih jelas dan pakai warna alam, mirip banget sama batik Cirebon,” kata Parawansa dalam pernyataan yang diterima di Surabaya, Jawa Timur, Senin.
Gubernur menjelaskan bahwa kesamaan ini mencerminkan persilangan budaya di Indonesia. Selain itu, batik dengan ciri khasnya bukan hanya kain, tapi juga aset budaya.
“Artinya ada pertemuan antar budaya. Jadi, perajin batik itu sekaligus seniman dan pelaku industri. Proses kreatif dalam membatik sendiri luar biasa,” ujarnya.
Meski Batik Sampang indah dan berkualitas tinggi, promosinya masih perlu ditingkatkan, seperti Batik Tanjung Bumi Bangkalan, Batik Pamekasan, dan Batik Sumenep yang lebih dikenal di pasaran.
“Batik ini (kurang terkenal) dibanding Tanjung Bumi yang luar biasa, lalu Batik Pamekasan yang semakin dikenal karena warnanya tegas dan desain modern,” jelas gubernur.
Parawansa mendorong publik untuk mendukung perajin batik di Jawa Timur.
Berita terkait: Ekspor batik naik 76% jadi US$7,63 juta di kuartal I: menteri
Dengan banyak pilihan batik dari berbagai daerah, gubernur yakin orang tidak akan bosan memakainya.
“Aku ingin lebih mengembangkan dan mendukung perajin serta industri batik. Ini warisan budaya hebat dari nenek moyang kita,” tegasnya.
Dia menekankan bahwa batik tulis seperti Batik Sampang sulit untuk pemula, menunjukkan keahlian luar biasa yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Dalam pernyataan yang sama, Ali Imron, pemilik Workshop Batik Tulis Shalempang, mengapresiasi dukungan gubernur dalam mempromosikan Batik Sampang.
“Syukur atas dukungan Pemprov Jatim dan Bu Khofifah. Kami sudah dapat sertifikat halal dan industri hijau, tapi masih dalam proses penerbitan,” kata Imron.
Dia menjelaskan bahwa workshop-nya ikut dalam program Misi Dagang Jawa Timur di berbagai provinsi.
Workshop ini didirikan tahun 2001, melanjutkan tradisi membatik keluarga istrinya yang sudah sampai generasi ketujuh.
Berita terkait: Gelar Batik Nusantara 2025 targetkan generasi muda Indonesia
Penerjemah: Willi Irawan, Mecca Yumna
Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2025