Gletser Puncak Jaya Mengecil Menjadi 0,23 Kilometer Persegi pada Tahun 2022: BMKG

Denpasar, Bali (ANTARA) – Puncak Jaya di Pegunungan Tengah Papua kehilangan sebagian besar gletsernya, yang ketebalannya hanya tercatat sebesar 0,23 kilometer persegi pada bulan April 2022, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). “Penyebab kemungkinan adalah fenomena El Nino 2022-2023,” ungkap koordinator departemen riset dan pengembangan BMKG, Donaldi Permana, dalam sebuah webinar pada peringatan Hari Meteorologi Sedunia ke-74 yang diperingati di sini pada Kamis. Permana menyatakan bahwa lembaga tersebut melakukan pengamatan jangka panjang terhadap cakupan gletser di puncak tertinggi Indonesia tersebut mulai dari tahun 2009 hingga 2023. Lembaga tersebut menemukan ketebalan salju, yang pada Desember 2022 tercatat sebesar enam meter, telah berkurang menjadi dua meter pada Desember 2023. Sementara itu, rata-rata penurunan luas es dari tahun 2016 hingga 2022 tercatat sebesar 0,07 kilometer setiap tahun. Permana menunjukkan bahwa pemanasan global yang disebabkan oleh perubahan iklim adalah penyebab utama dari hilangnya secara bertahap salju abadi Indonesia. Kepala departemen tersebut menyatakan bahwa pada tahun 1850, cakupan salju Puncak Jaya mencapai 19 kilometer persegi. Namun, pada tahun 2020, tutupan es tersebut menyusut menjadi perkiraan 0,34 kilometer persegi. Dia mengatakan bahwa penipisan gletser seperti itu tidak hanya terjadi di Puncak Jaya, karena gletser di gunung-gunung lain di daerah tropis, seperti Gunung Kilimanjaro di Tanzania, Quelccaya di Peru, dan Naimona’nyi di Tibet, China, juga terpengaruh oleh perubahan iklim. Perubahan iklim membuat tahun 2023 menjadi tahun terpanas yang tercatat, dan suhu rata-rata global pada tahun 2014-2023 meningkat sebesar 1,20 plus-minus 0,12 derajat Celsius, ujar Permana. Kepala departemen menekankan perlunya mengurangi emisi karbon melalui langkah-langkah mitigasi dan adaptasi untuk mengurangi efek perubahan iklim dan memastikan ketahanan tutupan es di daerah tropis, seperti Puncak Jaya. Menanam lebih banyak pohon, mengurangi penggunaan plastik, dan menggunakan energi hijau akan menjadi langkah-langkah sederhana untuk mengurangi perubahan iklim, tegas Permana. “Jika tidak dicegah atau dikurangi, karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer, dan bahkan setelah 100 tahun, konsentrasinya akan tetap sebesar 33 persen,” ujarnya. Berita terkait: Puncak Jaya kehilangan salju abadi akibat pemanasan global: Kementerian Berita terkait: Peringatan Hari Meteorologi Sedunia untuk kewaspadaan iklim Translator: Dewa Ketut SW, Nabil Ihsan Editor: Azis Kurmala Hak cipta © ANTARA 2024

MEMBACA  Kehidupan telah kembali ke Bucha, Ukraina. Namun 2 tahun setelah pembunuhan, beberapa keluarga tak bisa melanjutkan hidupnya