Jakarta (ANTARA) – Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka pada Kamis menegaskan bahwa kemenyan adalah komoditas yang sangat berharga—setara dengan nikel—dan membalas kritik yang meremehkan potensi ekonominya.
Berbicara di Green Impact Festival 2025 di Jakarta, ia menyampaikan ambisi pemerintah untuk mendownstreamkan kemenyan menjadi produk bernilai tinggi, terutama parfum.
"Ada yang pakai parfum di sini? Produk itu dibuat dari kemenyan. Artinya, kemenyan tidak cuma terkait dukun. Aneh lihat orang ribut setelah saya soroti kemenyan, bahkan kecerdasan buatan," kata Gibran.
Pernyataannya ini menanggapi ejekan yang ia terima usai pidato di Lemhannas pekan lalu, di mana ia membahas downstreaming kemenyan. Sebagian orang menertawakannya karena resin ini sering dikaitkan dengan ritual tradisional di Indonesia.
"Kemarin, orang tertawa setelah saya bicara soal downstreaming kemenyan. Mereka bilang, ‘Kemenyan buat dukun.’ Salah! Kemenyan sama berharganya dengan nikel," tegas Gibran dalam acara Lemhannas tanggal 15 Juli.
Ia pertama kali menyoroti potensi komoditas ini setelah mengunjungi Taman Sains Teknologi Herbal dan Hortikultura di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, pada 16 Mei.
"Saya yakin ini luar biasa. Biasanya kita bicara downstreaming nikel dan mineral, tapi di sini kita lihat downstreaming kemenyan," ujar Gibran.
Sebelumnya, pada 26 Mei, Ketua DEN Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa downstreaming kemenyan bisa meningkatkan kesejahteraan petani di Sumatera Utara.
"Downstreaming bukan cuma menciptakan nilai tambah untuk sumber daya alam—tapi juga memastikan sumber daya kita memberi manfaat ekonomi untuk desa asalnya," jelasnya.
Dia mencatat bahwa kemenyan dari Sumatera Utara termasuk yang terbaik di dunia dan telah diekspor ke beberapa negara di Asia dan Eropa.
Berita terkait: Minister Rosan says coconut downstreaming to create jobs, added value
Berita terkait: RI seeks to tap global market with essential oil downstreaming
Berita terkait: Job surge possible from 18 downstreaming projects: Minister
Penerjemah: Mentari D, Tegar Nurfitra
Editor: M Razi Rahman
Hak Cipta © ANTARA 2025