Gereja Ortodoks Rusia Mengumumkan Perang Rusia-Ukraina Sebagai ‘Perang Suci’

Senin, 1 April 2024 – 03:15 WIB

Rusia – Gereja Ortodoks Rusia telah menyetujui sebuah dokumen yang menganggap invasi besar-besaran Presiden Vladimir Putin ke Ukraina sebagai “Perang Suci.”

Deklarasi tersebut disampaikan dalam kongres Dewan Rakyat Rusia Sedunia yang mempertemukan tokoh-tokoh agama, politik, dan budaya di negara tersebut di lokasi Katedral Kristus Sang Juru Selamat di Moskow, yang merupakan pusat kepercayaan Ortodoks di Rusia. Kepala Gereja Ortodoks Rusia, Patriark Kirill, juga mengepalai dewan tersebut dan merupakan sekutu Putin. Dia dikritik karena memberikan pembenaran agama atas perang tersebut dan gagal mengutuk pembunuhan orang di Ukraina.

Pada bulan Februari 2022, Patriark Kirill mengatakan bahwa Ukraina dan Belarus adalah bagian dari “tanah Rusia” dan menyebut orang-orang Ukraina yang membela diri dari agresi Rusia sebagai “kekuatan jahat,” yang menganggap perang tersebut sebagai pertempuran demi masa depan agama Kristen.

“Dari sudut pandang spiritual dan moral, operasi militer khusus adalah Perang Suci, di mana Rusia dan rakyatnya, mempertahankan satu ruang spiritual Rusia Suci,” kata dokumen yang dirilis pada hari Rabu lalu dengan judul ‘Operasi Militer Khusus’ yang merupakan istilah resmi Kremlin untuk invasi tersebut, dilansir Newsweek, Senin, 1 April 2024. Mereka selanjutnya mengklaim bahwa perang tersebut bertujuan untuk “melindungi dunia dari serangan globalisme dan kemenangan Barat, yang telah jatuh ke dalam Setanisme.”

Setelah dimulainya invasi Vladimir Putin pada 24 Februari 2022 ke Ukraina, Gereja Ortodoks Ukraina (UOC) memutuskan hubungan dengan Gereja Ortodoks Rusia. “Gereja Ortodoks Ukraina tidak mendukung dan memisahkan diri dari ideologi dunia Rusia. Terlebih lagi, sikap Gereja kita terhadap gagasan ini telah lama diungkapkan secara terbuka oleh Yang Mulia Metropolitan Onufrii dari Kyiv dan Seluruh Ukraina: ‘Kami, kami tidak membangun dunia Rusia, kami sedang membangun dunia Tuhan.’\”

MEMBACA  Gunakan keuntungan dari aset Rusia yang dibekukan untuk membekali Ukraina, kata Ursula von der Leyen