Gempa Sumedang: 248 rumah rusak, 456 orang mengungsi

Sumedang, Jawa Barat (ANTARA) – Gempa bumi berkekuatan 4,8 skala Richter di Kabupaten Sumedang pada Minggu malam merusak 248 rumah dan memaksa 456 warga mencari tempat pengungsian, kata Pelaksana Tugas Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin pada Senin.

Berbicara kepada wartawan setempat setelah mengunjungi Rumah Sakit Umum Sumedang, ia mengatakan bahwa gempa dangkal ini tidak menyebabkan korban jiwa, tetapi melukai 11 orang. Dua dari mereka yang terluka sedang menjalani perawatan di dua rumah sakit, sementara sembilan lainnya telah kembali ke rumah.

Memberikan rincian tentang kerusakan rumah, ia mengatakan bahwa 138 unit mengalami kerusakan ringan, sementara 110 lainnya mengalami kerusakan serius dalam gempa.

Gempa malam Minggu memaksa petugas medis di Rumah Sakit Umum Sumedang mengungsikan 108 pasien ke halaman depan dan belakang rumah sakit, kata Machmuddin.

Keselamatan semua pasien adalah prioritas, dan meskipun mereka telah dipindahkan dari kamar mereka, mereka tetap mendapatkan perawatan medis yang baik, tambahnya.

Epusentrum gempa dangkal yang melanda Sumedang pada Minggu malam berlokasi pada kedalaman lima kilometer.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan dua gempa susulan setelah gempa. Gempa susulan tidak menyebabkan kerusakan.

Menurut Kepala Pusat Gempa dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono, gempa bumi berkekuatan 4,8 adalah “gempa kerak dangkal,” yang dipicu oleh pergerakan sesar aktif di area tersebut.

Gempa Sumedang ini dapat terkait dengan sesar Cileunyi-Tanjungsari, tambahnya.

Di masa lalu, gempa bumi berkekuatan 4,5 mengguncang Kabupaten Sumedang pada 19 Desember 1972. Gempa dangkal tersebut merusak banyak rumah dan menyebabkan tanah longsor di daerah pemukiman Cibunar, kata Daryono.

Gempa Sumedang menyebabkan kerusakan pada bangunan karena episentrumnya terletak pada kedalaman lima kilometer, jelasnya.

MEMBACA  Dua belas orang terluka dalam penerbangan Doha-Dublin

Gempa bumi sering terjadi di beberapa bagian Indonesia karena negara ini terletak di Cincin Api Pasifik, di mana beberapa lempeng tektonik bertemu dan menyebabkan aktivitas vulkanik dan seismik yang sering.

Pada 26 Desember 2004, Aceh, provinsi paling barat negara ini, mengalami gempa bumi paling mematikan yang pernah tercatat. Gempa tersebut memiliki kekuatan 9,3 dan diikuti oleh tsunami.

Bencana ini, yang juga melanda sejumlah daerah pesisir di negara-negara seperti Thailand, Sri Lanka, dan India, dilaporkan menewaskan setidaknya 230 ribu orang di Aceh.

Berita terkait: Gempa Sumedang: Lebih dari 300 pasien dievakuasi dengan aman oleh Basarnas

Berita terkait: BMKG mendeteksi dua gempa susulan setelah gempa dangkal di Sumedang