Jakarta (ANTARA) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan bahwa teknologi penginderaan jauh dapat digunakan untuk mitigasi longsor.
“Ada banyak satelit penginderaan jauh yang dapat memotret permukaan bumi, dan data tersebut dapat digunakan oleh masyarakat,” kata Rokhis Khomarudin, Kepala Pusat Penelitian Geoinformatika BRIN, pada hari Kamis.
Beliau menyebutkan bahwa teknologi penginderaan jauh sedang berkembang pesat. Satelit spasial saat ini dapat mengambil gambar dengan resolusi sangat tinggi, di mana mereka dapat melihat rumah-rumah dari atas dan mendeteksi objek penting lainnya.
“Kita dapat mendeteksi area dengan gambar satelit beresolusi tinggi,” katanya.
Beliau menjelaskan bahwa teknologi penginderaan jauh dapat mendeteksi bencana sebelum terjadi dengan mengirimkan sistem peringatan dini.
Teknologi penginderaan jauh juga dapat mendeteksi perubahan penutupan lahan, memetakan bahaya, dan kerentanan suatu area terhadap bencana.
Khomarudin mencatat bahwa melalui gambar satelit, BRIN dapat mendeteksi lokasi yang berisiko terhadap bencana, seperti kebakaran lahan dan hutan.
“Setelah kejadian bencana, kita dapat melihat dampak, lokasi yang rusak, dan sebagainya,” katanya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa sebanyak 183 kejadian longsor telah tercatat di Indonesia tahun ini.
Longsor merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia, dengan lebih dari 7.000 kejadian longsor tercatat dalam satu dekade terakhir, menurut lembaga tersebut.
“Longsor sangat penting untuk diteliti agar dampaknya dapat dikurangi di masa depan,” kata Sukristiyanti, seorang peneliti di Pusat Penelitian Bencana Geologi BRIN.
Berita terkait: Longsor Tana Toraja: 18 tewas, 77 selamat dievakuasi
Berita terkait: BNPB akan mengembangkan sistem peringatan dini longsor nasional: Pejabat
Penerjemah: Sugiharto P, Kenzu
Editor: Anton Santoso
Hak cipta © ANTARA 2024