Denpasar (ANTARA) – Menteri Budaya Fadli Zon menyambut baik perkembangan festival film sebagai bagian dari upaya mempromosikan budaya.
Pada penutupan Festival Film Internasional Bali ke-18 (Balinale) di Denpasar, Sabtu (7 Juni), Zon mengakui kontribusi besar sektor film dalam memperkenalkan budaya Indonesia.
“Film adalah salah satu media untuk mempromosikan budaya karena ada banyak unsur budaya atau ekspresi budaya selain akting. Ada sastra di dalamnya, tari, musik, juga kuliner—jadi ini pilihan sangat penting untuk promosi budaya,” katanya.
Dia mencatat pertumbuhan signifikan ekosistem film Indonesia, dengan 81 juta penonton bioskop atau 67 persen dari bioskop di Indonesia pada tahun 2024.
Prestasi ini, lanjutnya, juga didukung partisipasi aktif sineas Indonesia yang memamerkan karya di berbagai festival film internasional.
Karena itu, dia mendorong berbagai pihak untuk turut memajukan industri film Indonesia, termasuk melalui Balinale—yang diselenggarakan oleh inisiatif swasta.
“Kami ingin lebih banyak festival film tumbuh di daerah. Festival-festival itu bisa membantu mengangkat cerita kehidupan kita, dan yang paling penting bisa jadi kesempatan untuk jaringan,” kata Zon.
Mengingat keragaman budaya Indonesia, dia mengatakan negara ini punya banyak cerita untuk dibagikan ke penonton global lewat film.
“Ceritanya sangat banyak, cerita kita luar biasa, karena saya lihat Indonesia sebagai megadiversity. Indonesia sangat beragam budayanya, kita punya banyak cerita untuk dibagi,” tambahnya.
Pendiri dan Direktur Balinale Deborah Gabinetti mengatakan, sejalan dengan tujuan pemerintah, dia telah menjalankan festival selama 18 tahun terakhir untuk mempromosikan kekayaan budaya Indonesia.
“Yang menarik adalah Indonesia sudah punya semua seni itu, kalian terlahir dengan itu. Tugas saya adalah menyajikan program yang mungkin bisa membantu menjaga kreativitas dan kesempatan itu, serta membawanya ke panggung internasional,” ujarnya.
Dia memastikan bahwa melalui festival ini, sineas internasional mempertimbangkan Indonesia untuk proyek, belajar tentang cerita, dan melihat bahwa Indonesia punya industri yang layak.
“Indonesia punya industri yang layak untuk mendukung produksi besar. Kami ingin membawa lebih banyak, kami sedang dalam proyek pengembangan dan nanti lihat bagaimana kami memperkenalkan Indonesia karena tidak ada tempat lain lebih beragam di dunia,” kata Gabinetti.
Di Balinale ke-18, panitia menentukan pemenang dari total 72 film dari 32 negara, termasuk kategori dokumenter pendek untuk *Hope* oleh Eros Zhao, kategori naratif pendek untuk *The Boy with White Skin* oleh Simon Panay dan *A Lifelike Fairytale* oleh Rinaldas Tomaševiius.
Festival ini juga memberikan penghargaan di berbagai kategori, seperti Animasi Pendek Terbaik untuk *Retirement Plan* oleh John Kelly dan *Crow, Starfish Unicorn* oleh Xiaoxuan Han, Dokumenter Panjang Terbaik untuk *Champions of the Golden Valley* oleh Ben Sturgulewski, serta Naratif Panjang Terbaik untuk *Seeking Haven for Mr Rambo* oleh Khaled Mansour.
Selain itu, Penghargaan Gary L. Hayes untuk Sineas Indonesia Baru diberikan kepada *Suintrah* oleh Ayesha Alma Almera, sementara Penghargaan Pilihan Panitia diraih oleh *Ravens* karya Mark Gill.
Berita terkait: Pemerintah berkomitmen dukung film Indonesia go internasional
Penerjemah: Ni Putu Putri Muliantari, Yashinta Difa
Editor: Primayanti
Hak Cipta © ANTARA 2025