Dedi Mulyadi Mencanangkan Vasektomi Sebagai Syarat Penerima Bansos, Ini Tanggapan Menteri HAM

Selasa, 6 Mei 2025 – 22:49 WIB

Jakarta, VIVA – Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) RI, Natalius Pigai buka suara soal pernyataan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi terkait dengan salah satu syarat penerima bantuan sosial (bansos) di Jawa Barat yakni bersedia melakukan vasektomi.

Baca Juga :


Natalius Pigai Dorong Kebijakan Siswa Nakal Masuk Barak Militer Diterapkan Skala Nasional

Pigai menyebutkan, dia enggan memberikan opininya lebih detail soal pernyataan Dedi Mulyadi terkait vasektomi. Dia menyebutkan, pernyataan itu merupakan hal yang masih wacana.

“Kalau namanya juga wacana, untuk apa saya jawab, tapi itu jadi catatan untuk kami tanya, catatan untuk kami tanya, tapi kalau wacana saya tidak bisa beropini lebih dulu,” ujar Pigai di kantornya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa 6 Mei 2025.

Baca Juga :


Natalius Pigai: Program Dedi Mulyadi Soal Pendidikan di Barak Tak Melanggar HAM, tapi Tetap Diawasi

Dia mengatakan bahwa wacana tersebut akan menjadi catatan ke depan untuk disoroti. Pigai mengaku masih akan bertanya lebih jauh terkait dengan vasektomi, termasuk dalam pelanggaran HAM atau tidak. “Nanti, nanti, kami tanya dulu,” kata Pigai.

Menteri HAM Natalius Pigai

Baca Juga :


Bela Dedi Mulyadi soal Kirim Siswa Nakal ke Barak TNI, Natalius Pigai: Komnas HAM Tak Merujuk UU Apa Pun

Sebelumnya, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi akan memberikan insentif berupa uang Rp500 ribu bagi pria yang bersedia ikut program Keluarga Berencana (KB) melalui vasektomi. Program ini sudah berjalan di Bandung.

“Kemarin di Bandung sudah dan nanti setiap hari Rabu itu dicatatkan. Nanti ada kegiatan vasektomi dan yang vasektominya dikasih insentif Rp500 ribu oleh gubernur,” kata Dedi, di Depok, Selasa, 29 April 2025.

MEMBACA  Detik-detik Jenderal Kopassus AM Hendropriyono Nyaris Tertimpa Videotron, Begini Keadaannya

Menurut dia, program KB vasektomi jadi syarat penerima bansos. Ia menyampaikan, saat ada pasangan menikah maka mereka harus siap dan bertanggung jawab terhadap anaknya mulai dari kehamilan, kelahiran hingga pendidikan.

Dedi mengaku banyak didatangi warga yang meminta bantuan untuk biaya lahiran. Rata-rata itu adalah kelahiran anak keempat dan kelima.

“Saya ini sering banyak banget orang yang minta tolong saya untuk biaya lahiran. Lahiran itu gak tanggung-tanggung loh Rp25 juta, Rp15 juta karena rata-rata (lahir) sesar. Dan, itu rata-rata anak keempat, anak kelima,” ujarnya.

Dedi bilang jika tak punya kemampuan membiayai kelahiran, kehamilan, hingga pendidikan anak maka jangan dulu ingin jadi orang tua. Dengan demikian, kelahiran diatur dengan maksud menekan angka kemiskinan.

“Nah, kalau orang tidak punya kemampuan untuk membiayai kelahiran, membiayai kehamilan, membiayai pendidikan, ya jangan dulu ingin menjadi orang tua dong,” kata Dedi.

Halaman Selanjutnya

Menurut dia, program KB vasektomi jadi syarat penerima bansos. Ia menyampaikan, saat ada pasangan menikah maka mereka harus siap dan bertanggung jawab terhadap anaknya mulai dari kehamilan, kelahiran hingga pendidikan.