Jakarta (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Selasa bahwa minyak sawit mentah (CPO) dan turunannya masih menjadi komoditas ekspor utama Indonesia pada periode Januari–Mei 2025.
Nilai ekspor CPO periode ini mencapai US$8,90 miliar, dengan volume tercatat 8,30 juta ton.
Wakil Kepala BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini, menyebutkan angka ini meningkat 27,89 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, di mana ekspor CPO tercatat US$6,96 miliar dengan volume 8,01 juta ton.
“Nilai ekspor CPO dan turunannya naik secara kumulatif sebesar 27,89 persen,” tambahnya.
Negara tujuan utama ekspor CPO dari Januari hingga Mei 2025 antara lain Pakistan, India, dan China.
BPS juga mencatat fluktuasi ekspor CPO dan turunannya pada periode 2020–2024. Pada 2020, nilai ekspornya mencapai US$17,36 miliar dengan volume 25,94 juta ton.
Di 2021, nilai ekspor CPO naik jadi US$26,76 miliar dengan volume 25,62 juta ton. Tahun 2022, nilainya meningkat lagi menjadi US$27,72 miliar dengan volume 24,99 juta ton.
Namun, di 2023, nilai ekspornya turun ke US$22,69 miliar dengan volume 26,13 juta ton. Sementara di 2024, ekspor CPO anjlok lagi ke US$20,05 miliar dengan volume 21,64 juta ton.
BPS menyatakan nilai ekspor Indonesia pada Mei 2025 mencapai US$24,61 miliar, naik 9,68 persen dibanding tahun sebelumnya, didorong oleh komoditas nonmigas seperti lemak dan minyak hewani/nabati.
Ekspor migas tercatat US$1,11 miliar atau turun 21,71 persen, sedangkan nilai ekspor nonmigas naik 11,89 persen menjadi US$23,50 miliar.
Kenaikan nilai ekspor Mei 2025 secara tahunan terutama dipicu oleh kenaikan ekspor nonmigas, seperti lemak/minyak hewani/nabati yang melonjak 63,01 persen dengan kontribusi 4,50 persen.
Selain itu, peningkatan ekspor juga didukung besi dan baja yang naik 27,58 persen (kontribusi 2,70 persen), serta mesin dan peralatan listrik yang tumbuh 45,11 persen (kontribusi 2,58 persen).
Total ekspor nonmigas Indonesia Mei 2025 sebesar US$23,50 miliar. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang US$0,63 miliar, pertambangan dan lainnya US$3,11 miliar, serta industri manufaktur US$19,76 miliar.
Secara tahunan, ekspor sektor pertanian dan manufaktur meningkat, sementara pertambangan menurun. Kenaikan nilai ekspor nonmigas terutama terjadi di industri manufaktur yang naik 20,40 persen dengan kontribusi 14,92 persen.
“Peningkatan tahunan ini terutama dipengaruhi kenaikan nilai ekspor kelapa sawit, minyak sawit, logam dasar bukan besi, perhiasan dan barang berharga, semikonduktor, serta bahan kimia organik berbasis produk pertanian,” jelas Ismartini.
Berita terkait: Pemerintah fokus pada intensifikasi untuk tingkatkan produksi CPO
Berita terkait: Indonesia terapkan pelacakan DNA untuk kualitas bibit sawit
Penerjemah: Maria Cicilia Galuh Prayudhia, Cindy Frishanti Oct
Editor: Primayanti
Hak Cipta © ANTARA 2025
*(Note: Typos/mistakes: "persen" instead of "persent", "mil