Jakarta (ANTARA) – Kolese Kebidanan dan Dewan Kesehatan Nasional (KKI) telah meluncurkan kerangka pengembangan kurikulum baru untuk pendidikan kebidanan, yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan bidan dan menjamin kesehatan ibu serta bayi.
Dalam pernyataan resmi pada Jumat, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa peningkatan pendidikan bidan merupakan langkah strategis untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, karena dapat membekali bidan dengan kemampuan yang diperlukan.
"Kurikulum ini harus mendukung empat fokus utama: pencatatan data yang teratur, peningkatan kompetensi, rujukan yang tepat waktu, serta peran bidan yang lebih luas," ujar Sadikin.
Ia menambahkan, bidan tidak hanya membantu saat persalinan, tapi juga memberikan pengingat bagi ibu sebelum melahirkan, mendukung bayi setelah lahir, dan memastikan tumbuh kembang anak optimal.
Sadikin berharap kurikulum ini dapat mengembangkan profesi bidan secara menyeluruh, baik keterampilan teknis maupun soft skill seperti etika, komunikasi, dan adaptasi terhadap perubahan.
Sementara itu, Ketua KKI Arianti Anaya menekankan bahwa pendidikan berkualitas adalah kunci menciptakan bidan unggul dengan kemampuan klinis dan komunikasi yang baik.
"Bidan harus memimpin transformasi layanan kesehatan dasar, khususnya dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi di Indonesia," tambah Anaya.
Kurikulum ini dirancang fleksibel dan relevan dengan kebutuhan zaman. KKI berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memastikan tenaga kesehatan, termasuk bidan, memiliki kemampuan memadai, sesuai UU Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan.
"Kami berharap kolaborasi ini terus berlanjut karena perubahan sistem kesehatan membutuhkan usaha besar," ujarnya.
Berita terkait: Indonesia identifikasi 63 persen kasus HIV, dorong pengendalian epidemi
Berita terkait: Pengobatan tuberkulosis gratis untuk lindungi SDM: PCO
Penerjemah: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Hak Cipta © ANTARA 2025