VIVA – Pengaruh Tiongkok yang semakin besar sekarang benar-benar mengganggu keseimbangan kekuatan di Asia Selatan. India, yang selama ini jadi kekuatan utama di kawasan, menghadapi ujian berat untuk mempertahankan perannya. Tanpa langkah berani, dominasi India bisa terus berkurang.
Baca Juga:
China Minta Thailand dan Kamboja Turunkan Tensi, Siap Fasilitasi Perundingan
Selama 20 tahun terkahir, Beijing bergerak sistematis menguatkan pengaruhnya di Asia Selatan. Lewat investasi infrastruktur, diplomasi utang, kerja sama militer, dan manuver politik, Tiongkok menciptakan lanskap geopolitik baru yang membatasi ruang gerak India. Mulai dari Pakistan sampai Bangladesh, Beijing sekarang jadi bagian penting dalam strategi banyak negara tetangga India.
Strategi Tiongkok fokus pada diplomasi ekonomi berbasis ketergantungan. Belt and Road Initiative (BRI), yang disebut sebagai proyek pembangunan global, sebenarnya alat geopolitik. Dengan pinjaman yang kelihatan menguntungkan, Beijing menjerat negara-negara penerima dalam utang jangka panjang—biasanya dengan syarat kurang transparan.
Baca Juga:
Matikan Industri Lokal, Asosiasi Protes Serbuan Baja Impor dari Vietnam-China
India masih unggul dalam ukuran, geografi, dan kemampuan militer, tapi campur tangan kuat China membuat pilihan strategis New Delhi semakin terbatas.
Jeratan Utang
Strategi utama Tiongkok adalah menggunakan ekonomi untuk menciptakan ketergantungan. BRI, yang diiklankan sebagai proyek infrastruktur, sebenarnya alat untuk keuntungan politik.
China menawarkan pinjaman lunak ke negara yang kesulitan ekonomi. Dibanding IMF atau Bank Dunia, syaratnya lebih ringan. Tapi, pinjaman ini sering tidak transparan dan membuat negara penerima tergantung dalam jangka panjang.
Pakistan contoh nyata. Negara ini sangat bergantung pada senjata dan utang dari Tiongkok. Lebih dari 80% peralatan militernya impor dari China. Bank Dunia memperkirakan Pakistan punya utang $28 miliar ke Tiongkok, dan butuh 40 tahun untuk melunasinya.
Bangladesh juga mulai mengikuti pola yang sama. Utangnya ke China sudah lebih dari $6,1 miliar, sebagian besar untuk proyek BRI. Ketika ekonomi Bangladesh terganggu, Tiongkok menawarkan pinjaman tambahan dengan syarat tertentu.
Melawan Dominasi India
Tiongkok tidak hanya memakai ekonomi, tapi juga membangun aliansi militer dan diplomatik untuk melemahkan India. Pakistan dan Bangladesh sekarang semakin dekat, termasuk kerja sama pertahanan.
Baru-baru ini, Bangladesh ikut latihan militer Pakistan dan membeli amunisi dari Islamabad. Bahkan, Dhaka tertarik membeli jet tempur JF-17 Thunder buatan China-Pakistan.
Kemitraan yang Merugikan
Di Sri Lanka, pelabuhan Hambantota yang disewa Tiongkok 99 tahun jadi simbol "diplomasi utang". Proyek ini lebih menguntungkan Beijing daripada Colombo.
Di Bangladesh, ada laporan Tiongkok membantu menghidupkan kembali pangkalan udara lama di dekat perbatasan India. Ini bisa memperkuat pengawasan China di kawasan strategis India.
Di Myanmar, Tiongkok mendukung junta militer untuk menjaga kepentingannya. Di Nepal, Beijing mendanai proyek infrastruktur dan mempengaruhi politik lokal.
Apa yang Harus India Lakukan?
India masih punya keunggulan seperti kedekatan budaya dan geografis. Tapi, pengaruh Tiongkok yang agresif butuh respons lebih kuat. New Delhi harus memperkuat diplomasi, ekonomi, dan kerja sama regional.
India juga perlu meyakinkan tetangganya bahwa kerja sama dengan China sering menguntungkan elit korup dan melemahkan demokrasi. Sementara, pendekatan India lebih inklusif dan berfokus pada pembangunan.
Baca Selengkapnya:
Perkiraan Bank Dunia: Pakistan Berutang $28 Miliar ke Tiongkok