Kami ingin meningkatkan jumlah lisensi dari hasil penelitian, baik untuk alat medis, obat-obatan, vaksin, dan lainnya, yang dapat ditransfer ke produk farmasi. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang membuka peluang kerjasama penelitian dan kolaborasi dengan mitra industri untuk mendorong komersialisasi produk farmasi dan alat medis di Indonesia. Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, mengatakan bahwa pasar produk farmasi dan alat medis saat ini masih didominasi oleh produk impor. “Kami ingin mempercepat sinergi antara industri farmasi, industri alat medis, dan peneliti serta regulator,” katanya di Jakarta pada hari Kamis. Handoko membagikan pengalamannya dalam menghadapi pandemi COVID-19 ketika pasokan bahan baku obat hampir habis karena lonjakan permintaan publik. Dia mencatat bahwa BRIN menjadikan penelitian kesehatan sebagai salah satu program prioritas Program Riset Nasional untuk periode 2023–2024. “Kami ingin ekosistem farmasi dapat berkolaborasi dengan peneliti tanpa harus memasuki situasi biaya tinggi dan berisiko tinggi karena pengembangan obat, terutama vaksin,” jelasnya. Pada hari Kamis, BRIN mengadakan pertemuan bisnis dengan ratusan perwakilan dari industri kesehatan, peneliti, asosiasi industri kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan Kementerian Kesehatan. Acara di Gedung BJ Habibie, Jakarta, diadakan untuk memastikan bahwa hasil riset dan inovasi dapat dikomersialisasikan oleh industri. Handoko berharap bahwa industri farmasi di Indonesia akan lebih terlibat dalam penelitian dan pengembangan produk. “Kami ingin meningkatkan jumlah lisensi dari hasil penelitian, baik untuk alat medis, obat-obatan, vaksin, dan lainnya, yang dapat ditransfer ke produk farmasi,” kata Kepala BRIN.