Selasa, 10 Desember 2024 – 13:02 WIB
Tim BPBD Ponorogo saat meninjau kondisi titik longsoran di Desa Banaran, Ponorogo (ANTARA/HO – Prastyo)
jatim.jpnn.com, PONOROGO – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo melaporkan 60 kejadian tanah longsor di wilayah rawan bencana selama Oktober hingga awal Desember 2024. Wilayah terdampak meliputi Kecamatan Pulung, Ngebel, Ngrayun, dan Sooko.
“Longsor terjadi dalam berbagai skala, mulai kecil hingga besar. Penyebab utamanya adalah tingginya curah hujan,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Ponorogo, Masun, Senin (9/12).
Kejadian longsor terbesar tercatat di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, pada akhir November. Longsoran tersebut memutus akses jalan penghubung dua desa dan mengancam sebelas keluarga, dengan enam di antaranya tinggal tepat di area longsoran.
“Selain Desa Banaran, longsor kategori besar juga terjadi di Dusun Sekodok, Kecamatan Ngebel,” kata Masun.
Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Desa Banaran memang termasuk wilayah rawan longsor. Arah longsoran yang terjadi sesuai prediksi, mengarah ke sungai. Namun, material longsor yang menutup aliran sungai berisiko memicu banjir.
“Jika hujan deras terjadi, air bisa meluap. Kami sudah menurunkan tim untuk melakukan normalisasi aliran sungai agar tidak terjadi banjir,” jelas Masun.
BPBD mengimbau warga yang tinggal di kawasan rawan bencana untuk tetap siaga, meskipun intensitas hujan mulai menurun.
“Segera mengungsi jika situasi dirasa berbahaya, dan laporkan kejadian longsor kepada BPBD,” tuturnya.
Sudah 60 kejadian longsor melanda Ponorogo selama dua bulan, masyarakat diimbau untuk waspada.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News