BMKG merekomendasikan sekolah untuk melakukan latihan gempa sekali setahun

Badai meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merekomendasikan sekolah di Indonesia untuk melakukan simulasi evakuasi rutin terhadap gempa bumi dan tsunami setidaknya sekali setahun.

“Langkah ini bertujuan untuk mendorong anak-anak agar dapat merespons dengan tepat dan cepat ketika bencana sesungguhnya terjadi,” kata Kepala Mitigasi Tsunami untuk Samudera Hindia dan Pasifik BMKG Suci Dewi Anugerah dalam sebuah seminar yang diikuti secara online di sini pada hari Rabu.

Dia menekankan perlunya melatih anak-anak agar waspada terhadap tanda peringatan alam dari tsunami, seperti gempa bumi yang kuat atau berkepanjangan, serta penurunan cepat permukaan laut yang menunjukkan surutnya air laut, menampilkan ikan dan terumbu karang.

Dalam seminar tersebut, Anugerah juga membagikan kisah inspiratif tentang gadis Inggris Tilly Smith yang menyelamatkan lebih dari 100 wisatawan di sebuah hotel di Phuket, Thailand, dengan memperingatkan mereka tentang kedatangan tsunami pada tahun 2004.

BMKG merinci enam aspek penting dalam simulasi: ketersediaan alarm, langkah respons, zona evakuasi, titik kumpul darurat, pemanggilan nama, dan evaluasi.

Sebagai bagian dari kelompok rentan, dianggap penting bagi anak-anak untuk memiliki kesiapan bencana yang memadai.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022 mencatat bahwa dari total populasi Indonesia, 88 juta adalah anak-anak. Oleh karena itu, sekolah memainkan peran penting dalam mendidik mereka tentang bagaimana menghadapi bencana.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti kerentanan anak-anak dalam menghadapi bencana, seperti kurangnya pengetahuan, dukungan psikososial terbatas, dan layanan bantuan yang minimal.

Kerentanan ini memiliki dampak serius, seperti yang terbukti oleh data KPAI yang menunjukkan 33 kasus pernikahan anak di antara anak usia 13-17 tahun akibat gempa bumi dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, dan 37 kasus perdagangan anak setelah tsunami di Aceh.

MEMBACA  Indonesia dan Jepang membahas perubahan pada Protokol IJEPA

Oleh karena itu, BMKG percaya bahwa simulasi rutin akan menumbuhkan kesiapan yang baik di kalangan anak-anak terhadap gempa bumi atau tsunami dan dampak lain yang muncul setelah bencana terjadi.

Berita terkait: Indonesia memperkuat sistem peringatan dini gempa bumi
Berita terkait: Tidak ada ancaman bagi Indonesia, kata BMKG setelah gempa dan tsunami di Kepulauan Izu
Berita terkait: Suap tempat perlindungan tsunami: KPK Indonesia memeriksa saksi

Translator: M Riezko, Raka Adji
Editor: Azis Kurmala
Hak cipta © ANTARA 2024